KOMPAS.com - Genap setahun merger, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo sudah mencatatkan sederet hasil yang menggembirakan.
Berkat merger ini, misalnya, subholding PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) mencatatkan jumlah trafik general cargo mencapai 6,9 juta ton per meter kubik atau meningkat sebesar 15 persen dari periode yang sama pada 2021.
Trafik Bag Cargo bahkan mencapai angka 1,8 juta atau melonjak 25 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, arus peti kemas subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) tembus 5,3 juta TEUs pada semester I/2022.
Ini mengalami pertumbuhan 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Merger membuka ruang perbaikan lebih luas
Pengamat maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning melihat, merger Pelindo dalam setahun terakhir telah memperkuat proses bisnis atau jasa subholding.
Menurutnya, penguatan melalui merger ini secara faktual mendorong proses sinergi antar-wilayah dalam jasa atau subholding yang sama.
"Sehingga kapasitas jasa bertambah, termasuk gap luaran atau kinerja menjadi lebih kecil," kata Saut saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/9/2022).
Ia menjelaskan, perbedaan antar-wilayah dalam jasa kini juga menjadi lebih sebanding secara umum.
Misalnya, terjadi peningkatan kinerja box ship hour (BSH) atau jumlah kontainer yang dapat ditangani per jam dari tiap kapal di berbagai terminal petikemas dibanding sebelumnya.
Saut berpendapat, peningkatan kinerja ini tentu berdampak pada perbaikan waktu dan biaya logistik, khususnya biaya pelabuhan oleh para pengguna.
"Jadi, secara tidak langsung boleh menunjukkan bahwa integrasi proses bisnis via merger secara faktual telah memperbaiki level kinerja operasi yang lebih baik dari sebelumnya," jelas dia.
Ia menuturkan, mekanisme yang sama juga terjadi pada luaran kinerja dan proses bisnis berbagai kluster jasa yang berbasis non-petikemas, operasi logistik, serta jasa maritim atau layanan untuk kapal dan peralatan.
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, kontribusi PT Pelindo terhadap keuangan negara juga meningkat tajam pada semester I/2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Khusus untuk dividen, peningkatan tajam menjadikan Pelindo sebagai perusahaan pelat merah dengan setoran tertinggi ketiga, yakni Rp 7,3 triliun.
Angka itu hanya kalah dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI dengan setoran Rp 14 triliun dan PT Telkom Indonesia Tbk mencapai Rp 10,5 triliun.
Catatan kritis
Kendati demikian, ada sejumlah catatan penting yang harus diperhatikan pasca-merger Pelindo ini.
Menurut Saut, penguatan atau rekonsentrasi usaha melalui subholding mengurangi kelincahan untuk menangkap berbagai peluang dan kebutuhan respons pengguna jasa.
"Lebih konkretnya, pola merger lewat mekanisme kendali terpusat ini ternyata menimbulkan konsekuensi proses pengambilan keputusan terkonsentrasi di pusat dan cenderung kurang cepat dalam mengambil berbagai keputusan teknis di tingkat teknis atau di garda depan layanan jasa," ujarnya.
"Jadi struktur pengambilan keputusan jasa masih dominan berada di kantor pusat atau head office (HO) istilah mereka dan kurang melibatkan pimpinan regional serta tim lapangan," lanjutnya.
Ia melihat, kondisi ini secara tidak langsung menghilangkan potensi bisnis jika dihadapkan pada respons dan fleksibilitas pengambilan keputusan oleh operator lain.
Akan tetapi, kondisi tersebut bisa dimaklumi. Pasalnya, transformasi sinergitas dan proses bisnis ini memang telah menguras energi dan konsentrasi Pelindo dengan dinamika yang baik.
Sehingga, merger Pelindo yang telah berjalan selama setahun ini nyaris tanpa diwarnai gesekan internal dan eksternal yang signifikan.
"Dampaknya memang mengurangi kelincahan untuk menangkap berbagai peluang dan kebutuhan respons penting yang sangat dinamis di layanan depan jasa kepelabuhanan," kata Kaprodi Pascasarjana Teknik Sistem Perkapalan ITS ini.
Tantangan dan peluang ke depan
Dengan kinerja yang semakin baik, Saut berharap Pelindo ke depan mulai melirik potensi pasar internasional untuk memperkuat ketahanan pasar dalam negeri atau domestik.
Misalnya, mengurangi ketergantungan operasi antar-kapal (transhipment) melalui sejumlah lokus pengendali seperti di wilayah ASEAN.
"Usaha mengurangi ketergantungan ini misalnya dalam konteks trafik petikemas perlu mulai dirasionalisasi," jelasnya.
"Termasuk layanan bunkering, layanan tunda, pandu laut dalam, layanan suku cadang, dan layanan logistik berbagai komoditas dan armada utama Indonesia lainnya," tambahnya.
Menurutnya, inovasi pasar jasa tersebut dapat memberi nilai tambah sekaligus mengurangi capital flight out yang selama ini tergerus karena proses konsolidasi dilakukan negara tetangga.
Selanjutnya, Pelindo diharapkan dapat mengeksplorasi beberapa potensi strategis nasional di waktu mendekat, seperti di wilayah sekitar Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok.
Wilayah-wilayah tersebut merupakan potensi bisnis internasional di dalam wilayah perairan Indonesia yang selama ini cenderung stagnan.
Dengan berbagai peluang yang ada dan perbaikan ke arah yang benar, ia meyakini Pelindo akan membawa Indonesia menjadi poros maritim yang semakin disegani.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/20/215604365/setahun-merger-pelindo-berlayar-ke-arah-yang-tepat