Beberapa mobil yang akan berlaga di Formula E telah tiba di Indonesia sejak beberapa waktu lalu.
Baik kualifikasi maupun race Formula E, keduanya akan digelar di hari yang sama.
Berikut sejumlah hal yang perlu Anda ketahui tentang Formula E:
Sejarah Formula E
Melansir dari laman resmi FIA Formula E, ide membuat balapan mobil listrik Formula E bermula pada 2011.
Saat itu, Presiden FIA Jean Todt dan CEO Formula E Alejandro Agag bertemu di sebuah restoran di Paris, Perancis untuk memikirkan tentang single internasional all-electric pertama di dunia.
Misi pendiri Formula E adalah untuk balapan melalui jalan-jalan di kota-kota paling ikonik di dunia.
Dengan grid yang penuh dengan pembalap dan tim terbaik, balapan Formula E diharapkan untuk menunjukkan mobilitas berkelanjutan dan mengemudikan kendaraan listrik demi masa depan yang lebih baik.
Akhirnya, Formula E pun memulai debutnya pada 2014 di Olimpic Park, Beijing, China.
Lucas Di Grassi dari Audi Sport ABT menorehkan namanya ke dalam buku sejarah dengan menjadi pemenang balapan pertama di Formula E.
Sejak saat itu, Formula E telah berkembang menjadi merek hiburan global dengan motorsport sebagai jantungnya.
Sekarang, dengan 12 tim dan 24 pembalap di grid, kejuaraan tersebut telah menjadi tujuan bagi tim motorsport dan bakat balap terbaik dunia.
Masih dari sumber yang sama, kejuaraan dunia Formula E ABB FIA terdiri dari dua gelar terpisah, satu didedikasikan untuk pembalap dan satu lagi untuk tim.
Kejuaraan pembalap diberikan kepada pembalap mana pun yang mengumpulkan poin terbanyak selama kampanye tujuh bulan.
Sementara kejuaraan beregu ditentukan dengan menghitung skor kedua pembalap sepanjang musim.
Formula E mengikuti sistem poin standar yang digunakan dalam seri lain yang disetujui FIA, yaitu memberi poin kepada 10 finis teratas.
Poin tambahan juga diberikan bagi pembalap yang mengamankan pole position atau start di urutan pertama.
Selama balapan, pembalap yang menyelesaikan lap tercepat juga mendapat satu poin tambahan. Namun, pembalap harus finis di posisi 10 besar untuk mendapatkan.
Umumnya, balapan atau E-Prix berlangsung selama 45 menit. Setelah 45 menit berlalu dan sang pemimpin melewati garis finis, masih ada satu putaran lain hingga balapan selesai.
Menariknya, dalam Formula E ada istilah Attack Mode.
Attack Mode diperkenalkan pertama pada musim 2018/2019 yang memungkinkan pembalap mengambil tenaga ekstra.
Untuk mengaktifkan Attack Mode, pengemudi harus mempersenjatai mobil mereka, keluar dari jalur balap, dan melewati Zona Aktivasi.
Sebagai hadiah karena mengambil jalur yang lebih lambat melalui tikungan, mereka akan dapat mengumpulkan daya tambahan 30kW.
Pembalap yang mengamankan kecepatan ekstra dapat menggunakannya untuk beberapa putaran saat mereka ingin balapan lebih keras, sehingga memberi mereka keunggulan untuk tetap terdepan dalam persaingan.
Saat ini, pembalap Formula E dapat mencapai kecepatan tertinggi 280 km per jam. Dengan tenaga 250 kW, mereka bisa berakselerasi dari 0-100 km per jam dalam 2,8 detik.
Output daya dari baterai adalah 200 kW untuk balapan dan mencapai puncaknya hingga 250 kW untuk kualifikasi.
Alasan lokasi sirkuit di pusat kota
Dikutip dari Euro Sport, CEO Formula E Alejandro Agag mengatakan, menampilkan balapan di kota-kota penting membantu untuk memperkuat pesan mereka.
Tak heran, jika balapan Formula E awalnya digelar di kota-kota besar dunia, seperti Beijing, Mexico City, Paris, Moskow, dan London.
Menurutnya, kota-kota ingin mengidentifikasi nilai-nilai Formula E, yaitu transportasi bersih dan mobil listrik.
Selain itu, Agag juga tak mengesampingkan faktor pasar.
Baginya, sebuah tontonan di jantung kota-kota besar di dunia pasti akan menarik banyak orang.
"Jelas, kami memperhitungkan ukuran pasar ketika kami memilih kota, tapi itu bukan kriteria yang paling penting," jelas dia.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/31/110000665/formula-e--sejarah-aturan-dan-alasan-balapan-harus-di-tengah-kota