Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bumi Semakin Panas, Apakah Virus Jadi Makin Mudah Berpindah dari Hewan ke Manusia?

KOMPAS.com - Kondisi bumi yang terasa panas, melahirkan berbagai pertanyaan dari warganet.

Bukan hanya soal alasan temperatur bumi yang menjadi lebih panas saja, tetapi juga seputar hubungan memanasnya bumi dengan pandemi yang masih berlangsung.

Seperti twit disertai tangkapan layar oleh akun Twitter ini, yang menuliskan, "Ngerasa Gak Cuaca Kok Panas Banget? Akibatnya, Ribuan Virus Akan Lebih Mudah Berpindah dari Hewan ke Manusia?"

Twit yang diunggah pada Minggu (8/5/2022) malam itu juga dilengkapi dengan pertanyaan, "Is it true? So scary.."

Lalu, benarkah jika bumi yang makin panas bisa berakibat pada perpindahan virus dari hewan ke manusia?

Penjelasan ahli

Kondisi bumi yang kian panas, erat kaitannya dengan pemanasan global.

Pakar Global Health Security asal Griffith University Australia, Dicky Budiman, membenarkan pemanasan global yang disinyalir bisa memicu perpindahan virus dari hewan ke manusia.

Perpindahan virus tersebut akan memunculkan berbagai macam penyakit menular di masa mendatang.

"Saya sudah ingatkan bahkan sebelum pandemi bahwa pemanasan global, perubahan iklim,  bisa menjadi salah satu penyebab pemicu percepatan terjadinya tren penyakit menular," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (9/5/2022).

Dicky menjelaskan, beberapa hewan bahkan bisa punah akibat perubahan iklim ekstrem. Oleh karena itu, virus yang semula hinggap di hewan tersebut akan bisa pindah ke manusia.

"Memicu penyakit baru? Iya. Karena apa? Ekosistem berubah. Ada potensi lompatan virus dari hewan yang selama ini eksis, dia hilang, punah, (jadi) pindah virusnya (ke manusia)," ujar dia.

Jadi, secara tidak langsung, virus memang semakin mudah untuk berpindah lantaran host atau hewan tempat ia bernaung sebelumnya telah punah.

"Betul, virus akan semakin mudah berpindah secara tidak langsung karena perubahan iklim. Karena host-nya yang hilang, yang punah," imbuh Dicky.

Perpindahan hewan bisa sebabkan lompatan virus

Selain itu, para peneliti juga memperkirakan hewan liar terdorong untuk pindah habitat ke daerah dekat dengan manusia, jika iklim bumi terus memanas.

Perpindahan habitat tentu akan meningkatkan risiko lompatan virus ke manusia yang bisa melahirkan pandemi lain.

Dalam studi oleh Georgetown University yang terbit pada 28 April 2022, peneliti melakukan penilaian komprehensif tentang bagaimana perubahan iklim bisa memunculkan penyakit menular lain.

Saat mamalia melakukan perjalanan ke habitat baru, mereka akan bertemu dengan mamalia lain. Studi menjelaskan, pada pertemuan tersebut, mamalia akan saling berbagi ribuan virus.

Penulis utama studi, Colin Carlson menerangkan, lompatan virus antar mamalia tersebut sudah terjadi melalui perdagangan satwa liar di pasar.

Memindahkan hewan secara tidak alami berpeluang menciptakan lompatan virus dari satu spesies ke spesies lain.

"Seperti bagaimana SARS melompat dari kelelawar ke musang, lalu musang ke manusia," kata dia, dikutip dari laman Georgetown University.

Temuan lain yang mengkhawatirkan adalah dampak kenaikan suhu pada kelelawar, yang  mana menjadi penyebab sebagian besar penyebaran virus baru.

Kemampuan kelelawar untuk terbang memungkinkan mereka melakukan perjalanan jarak jauh dan menyebarkan virus lebih banyak dari hewan lain.

Adapun menurut studi, dampak terbesar diproyeksikan terjadi di Asia Tenggara, sebagai kawasan yang dinilai menjadi hot spot dari penyebaran virus baru.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/11/100500565/bumi-semakin-panas-apakah-virus-jadi-makin-mudah-berpindah-dari-hewan-ke

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke