Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Menjemur Bayi Langsung di Bawah Sinar Matahari, Ini Kata Dokter

KOMPAS.com - Hindari menjemur bayi langsung di bawah sinar matahari, sebab hal tersebut memiliki dampak yang tidak baik. 

Menjemur bayi langsung di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang mungkin masih banyak dilakukan oleh orangtua.

Namun kulit bayi yang masih sangat tipis dan sensitif membuat kulit bayi lebih rentan untuk terbakar sinar matahari.

Menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung

Sebelumnya sebuah unggahan berisi informasi mengenai menjemur bayi, viral di media sosial pada Kamis (3/3/2022).

Informasi itu dituliskan oleh akun Twitter K.S.Denta.

"Hati-hati ketika menjemur bayi. Saya sering deh meriksa bayi pas kontrol kulitnya gosong gitu. Pada dasarnya bayi gak perlu dijemur di bawah sinar matahari langsung. Kenapa? Karena kulit bayi tuh masih tipis ya, masih sangat sensitif, dan mudah terbakar (sunburn) #utasanak," tulis pengunggah dalam twitnya.

Dalam utas tersebut, Denta menjelaskan bahwa jika anak terlalu sering terpapar sinar matahari/UV ketika masih bayi, maka risiko terkena kanker kulit ketika beranjak dewasa akan semakin besar.

Hingga Minggu (6/3/2022), twit itu sudah diretwit sebanyak 3.628 kali dan disukai sebanyak lebih dari 12.200 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lalu, bagaimana cara menjemur bayi yang disarankan medis dan apa saja manfaatnya?


Tidak dianjurkan langsung di bawah sinar matahari

Saat dikonfirmasi, Denta mengatakan bahwa tidak dianjurkan untuk menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung, saat matahari sedang terik.

Ia menjelaskan, paparan sinar ultaviolet (UV) dari sinar matahari langsung yang berlebihan bisa menimbulkan bayi lebih mudah sakit.

Sebab, sinar UV yang berlebih bisa merusak skin barrier (kulit) dan menurunkan respons imun bayi.

"Bahkan pada kasus tertentu, bisa menurunkan respons pembentukan antibodi setelah imunisasi, ya pantes lah jadi lebih gampang sakit, padahal dah divaksin," ujar Denta saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/3/2022).

Saran menjemur bayi dari dokter

Denta menjelaskan, apabila ingin menjemur bayi di pagi hari sebaiknya cukup di teras rumah saja yang terlindungi dari sinar matahari langsung. 

Selain itu apabila dibawa berjalan-jalan, contoh perlindungannya bisa dengan payung, dipakaikan topi, bayi ditaruh di stroller dengan kanopi yang dipakaikan UV protection factor (UPF), dan lainnya.

Waktu yang dianjurkan untuk menjemur bayi yakni antara pukul 07.00 sampai 08.00 WIB, dan pukul 16.00 sampai 17.00 WIB.

"Untuk durasinya 15-30 menit cukup, jika sebelum itu bayi sudah rewel, atau kepanasan/keringetan ya bisa dihentikan," imbuhnya.

Ia pun menganjurkan, bayi berusia di bawah 6 bulan, wajib diperhatikan karena di usia tersebut kulit bayi masih tipis.

"Tidak ada patokan usia berapa bayi mulai boleh dijemur, yang jelas kalau di bawah usia 6 bulan harus ekstra hati-hati karena kulitnya yang masih tipis," ujar Denta.


Manfaat menjemur bayi

Denta mengatakan, ada banyak manfaat yang diperoleh bayi ketika dijemur.

"Sinar matahari bagus juga buat bayi. Buat menghangatkan bayi, melancarkan metabolisme tubuh, pembentukan vitamin D, dan lainnya," ujar Denta.

Sementara itu mengutip Parenting Firstcry, berikut manfaat menjemur bayi saat pagi: 

1. Memberikan vitamin D

Tubuh kita membutuhkan vitamin D. Untuk mendapatkannya, tubuh membutuhkan minimal 15 menit sinar UV setiap hari, tergantung pada warna kulit bayi.

Bayi yang berkulit lebih gelap membutuhkan lebih banyak waktu di bawah sinar matahari, tetapi tidak boleh lebih dari 30 menit.

Vitamin D membantu dalam menyerap kalsium, yang pada gilirannya memperkuat tulang dan gigi. Sistem kekebalan juga akan bekerja secara efisien sehingga tubuh terlindungi dari penyakit.

2. Meningkatkan serotonin

Sinar matahari diketahui meningkatkan produksi serotonin ketika bayi menerimanya dalam jumlah yang diperlukan.

Serotonin, yang sering disebut 'hormon bahagia', meningkatkan perasaan bahagia dan aman. Serotonin juga akan mengatur tidur dan pencernaan pada bayi.

3. Meningkatkan insulin

Menerima sinar matahari sejak usia dini dapat membantu mencegah kondisi seperti diabetes sampai batas tertentu.

Meskipun bukan satu-satunya fasilitator tingkat insulin, ini jelas merupakan keuntungan tambahan karena vitamin D dalam tubuh membantu mengatur kadar insulin.

Pola makan dan olahraga yang sehat selama masa pertumbuhan anak bisa sangat bermanfaat dalam mencegah diabetes.

4. Mengatasi penyakit kuning

Sinar matahari membantu memecah bilirubin, senyawa kekuningan yang terjadi di jalur katabolik alami sehingga hati bayi dapat memprosesnya dengan lebih mudah.

Pertumbuhan bilirubin yang tidak terkendali dapat menyebabkan menguningnya kulit bayi yang baru lahir.

Nah, dengan menjemur bayi ke sinar matahari pagi dapat membantu mengatasi penyakit kuning ringan.

5. Meningkatkan energi

Ketika bayi yang baru lahir terkena sinar matahari, itu membantu mengatur produksi melatonin.

Tingkat melatonin pada bayi dapat memengaruhi pola tidurnya, yang sangat penting pada tahun-tahun awal bayi baru lahir.

Sinar matahari akan menurunkan kadar melatonin dan meningkatkan serotonin, maka energi naik.

Pastikan bayi terkena sinar matahari antara pukul 7 dan 10 pagi untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Satu jam setelah matahari terbit dan satu jam sebelum matahari terbenam dianggap sebagai waktu terbaik untuk menjemur bayi.

Karena kulit bayi sensitif, paparan sinar matahari tidak boleh lebih dari 30 menit.


Sunscreen pada bayi

Meski sinar UV bisa merusak kulit, namun tidak serta merta orangtua lalu mengoleskan sunscreen kepada kulit bayi.

Denta menyampaikan, sunscreen mengandung berbagai bahan kimia aktif.

"Pada bayi dengan kulit tipis dan rasio permukaan tubuh/berat badan yang lebih tinggi membuat penetrasi bahan kimia dari sunscreen lebih mudah terjadi," ujar Denta.

Selain itu, kondisi tubuh bayi juga belum berkembang metabolisme obat dan sistem ekskresinya dengan baik, maka otomatis bayi lebih rentan untuk terjadi masalah kulit setelah dioleskan suncreen.

Adapun reaksi kulit bayi yang tidak cocok ketika dioleskan sunscreen yakni muncul dermatitis kontak atau alergi.

"Jadi, untuk penggunaan sunscreen pada bayi di bawah usia 6 bulan, sebaiknya dihindari. Untuk pemberian sunscreen di atas 6 bulan dengan catatan, gunakan sunscreen yang menahan sinar UV secara langsung, bukan yang mengubah secara kimiawi di dalam kulitnya," kata Denta.

Denta juga merekomendasikan sunscreen berbahan titanium oxide atau zinc oxide, broad spectrum water resistant dengan SPF 30+ untuk bayi di atas usia 6 bulan.

Metode pemberian sunscreen untuk bay di atas 6 bulan yakni dilakukan 15-30 menit sebelum terpapar sinar matahari, ulangi setiap 2 jam jika paparan sinar mentari masih terjadi.

"Pengaplikasian sunscreen ini bisa lebih sering jika anaknya sering keringetan/habis berenang/basah-basahan," lanjut dia.

Sedangkan, jika bayi berusia di bawah 6 bulan ingin dipakaikan sunscreen, para orangtua bisa menggunakan sunscreen khusus bayi dengan SPF 15.

Untuk pengaplikasiannya bisa di pipi dan punggung tangan saja.

Penting untuk diperhatikan, sebelum sunscreen dioleskan secara menyeluruh, oleskan sedikit dulu ke kulit bayi, apakah ada reaksi kulit atau tidak.

Jika tidak ada reaksi/kemerahan, boleh dilanjutkan untuk mengoleskan suscreen tersebut.

Bagaimana cara menjemur bayi
Terkait menjemur bayi, Denta mengimbau kepada orangtua bahwa gelombang sinar matahari berbeda dengan ultraviolet.

Artinya, walaupun sinar matahari tampak teduh, namun radiasi UV masih bisa menembus awan dan bahkan bisa dipantulkan dari permukaan padat.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/06/210000865/jangan-menjemur-bayi-langsung-di-bawah-sinar-matahari-ini-kata-dokter

Terkini Lainnya

BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 19-20 Mei 2024

BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 19-20 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Blunder Kemendikbud Ristek soal Respons Kenaikan UKT | Listyo Sigit Jadi Kapolri Terlama Era Jokowi

[POPULER TREN] Blunder Kemendikbud Ristek soal Respons Kenaikan UKT | Listyo Sigit Jadi Kapolri Terlama Era Jokowi

Tren
Google Perkenalkan Fitur AI Overview di Ajang Google I/O 2024, Apa Itu?

Google Perkenalkan Fitur AI Overview di Ajang Google I/O 2024, Apa Itu?

Tren
Status BPJS Kesehatan Nonaktif Usai Resign, Bagaimana Mengaktifkannya?

Status BPJS Kesehatan Nonaktif Usai Resign, Bagaimana Mengaktifkannya?

Tren
Potensi Manfaat Mengonsumsi Edamame untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Mengonsumsi Edamame untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejarah Lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908, Simbol Kebangkitan Nasional

Sejarah Lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908, Simbol Kebangkitan Nasional

Tren
7 Hewan Tercepat di Lautan, Ada yang Mampu Berenang hingga 110 Kilometer per Jam

7 Hewan Tercepat di Lautan, Ada yang Mampu Berenang hingga 110 Kilometer per Jam

Tren
Ritual Thudong 2024 Dimulai dari Semarang, Ini Alasannya

Ritual Thudong 2024 Dimulai dari Semarang, Ini Alasannya

Tren
Tampilan WhatsApp di iPhone Berubah, Apa yang Beda?

Tampilan WhatsApp di iPhone Berubah, Apa yang Beda?

Tren
Daftar 9 KA New Generation, Ada Kelas Ekonomi hingga Eksekutif Luxury

Daftar 9 KA New Generation, Ada Kelas Ekonomi hingga Eksekutif Luxury

Tren
20 Mei 2024 Hari Kebangkitan Nasional, Libur Tanggal Merah atau Tidak?

20 Mei 2024 Hari Kebangkitan Nasional, Libur Tanggal Merah atau Tidak?

Tren
Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Oat dan Gandum

Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Oat dan Gandum

Tren
Separator Jalur Lambat dan Cepat Ring Road Yogyakarta Tak Jadi Dibongkar, Ini Penggantinya

Separator Jalur Lambat dan Cepat Ring Road Yogyakarta Tak Jadi Dibongkar, Ini Penggantinya

Tren
50 Link Twibbon dan Ucapan Harkitnas 2024, Penuh Semangat dan Makna

50 Link Twibbon dan Ucapan Harkitnas 2024, Penuh Semangat dan Makna

Tren
Ikan Nila Disebut Suka Membuat Lubang di Dasar Sungai, untuk Apa? Ini Penjelasan Pakar

Ikan Nila Disebut Suka Membuat Lubang di Dasar Sungai, untuk Apa? Ini Penjelasan Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke