Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Peristiwa April Makassar Berdarah, 3 Mahasiswa Meninggal Dunia

KOMPAS.com - Hari ini 25 tahun lalu tepatnya 24 April 1996, terjadi peristiwa April Makassar Berdarah (Amarah). 

Dalam insiden itu, 3 mahasiswa meninggal dunia, ratusan mahasiswa luka-luka, dan puluhan orang lainnya ditangkap.

Menolak kenaikan tarif angkutan

Peristiwa itu dimulai dari unjuk rasa menolak kenaikan tarif.

Pemicunya adalah surat keputusan tentang kenaikan tarif angkutan umum yang dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan saat itu.

Hal itu memicu gejolak di beberapa daerah, bahkan menjadi insiden berdarah di Makassar.

Diberitakan Harian Kompas, 25 April 1996 unjuk rasa di Makassar pada 24 April 1996 diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota itu.

Unjuk rasa yang berlangsung serentak di depan kampus masing-masing itu menuntut pencabutan surat keputusan (SK) Gubernur Sulawesi Selatan No. 93 Tahun 1996 tertanggal 16 April 1996, tentang kenaikan tarif angkutan umum dalam kota (mikrolet) dari Rp 300 menjadi Rp 500.

Kenaikan tarif ini dianggap memberatkan, meski khusus bagi mahasiswa dan pelajar dikenakan potongan 40 persen.

Kronologi kejadian

Kerusuhan di Makassar diawali pukul 09.00 Wita di depan Kampus II Universitas Muslim Indonesia (UMI). Sebuah truk pengangkut sampah dicegat dan digulingkan di tengah jalan.

Tak hanya itu, Terminal Angkutan Darat Panaikang yang letaknya bersebelahan dengan kampus perguruan tinggi swasta itu terpaksa ditutup.

Sebelumnya di depan kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) sejak pukul 08.30 Wita, ratusan mahasiswa mencegat pete-pete (angkota lokal) jurusan Daya-Makassar Mall.

Seluruh penumpang dipaksa turun, dan sopir yang tetap bersikeras membawa penumpang menjadi sasaran lemparan batu.

Sementara itu di bagian selatan kota, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin, memblokir Jl Sultan Alauddin. Mereka kemudian membakar ban-ban bekas di tengah jalan.

Tidak satu pun pete-pete yang dibebaskan melewati bagian timur jalan tersebut. Hingga sore hari, aksi mahasiswa IAIN masih terus berlangsung.

Tindakan serupa dilakukan pula oleh mahasiswa Universitas 45 dan IKIP Ujungpandang.

Sasaran lemparan batu bahkan bukan hanya pete-pete, tapi juga taksi, kendaraan bernomor pelat merah, dan kendaraan militer. Selama tiga hari aksi, tercatat 15 taksi dan 11 mikrolet rusak.

Pada tengah hari sempat berlangsung pertemuan petugas dengan mahasiswa Universitas 45 Ujungpandang. Di situ disepakati, mahasiswa harus menghentikan aksinya, sedang petugas harus meninggalkan kampus itu.

Tapi sampai pukul 14.00 Wita, mahasiswa masih melihat oknum petugas di kampusnya, sehingga mereka beraksi lagi.

Berujung bentrok

Dalam perkembangan selanjutnya, para mahasiswa sempat melempari petugas, sementara petugas menghalau dengan menggunakan gas air mata.

Unjuk rasa di Makassar yang kemudian berkembang menjadi kerusuhan, menyebabkan tewasnya Syaiful, korban pertama yang merupakan mahasiswa Angkatan 1994 Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Menurut Komandan Distrik Militer (Dandim) 1408/BS Letkol (Art) Sabar Yudo Suroso, hari Rabu malam pukul 11.00 Wita, Syaiful tewas akibat terperosok ke Sungai Pampang, di belakang Kampus UMI Jl Urip Sumihardjo. 

Saat itu korban disebutkan sedang "menyelamatkan diri" ketika aparat keamanan membubarkan unjuk rasa di kampus itu.

Tiga korban meninggal

Diberitakan Harian Kompas, 27 April 1996, ketiga korban dikabarkan tewas karena tenggelam di sungai yang letaknya di belakang Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), dan bukan karena penembakan yang dilepaskan oleh aparat keamanan.

"Tidak ada penembakan yang dilepas oleh aparat keamanan," tegas Kasum ABRI Letjen TNI Soeyono selesai memimpin Rapat Evaluasi Pengamanan Pemilu 1997 di Markas Komando Daerah Militer (Kodam) IX/Udayana, Denpasar, 26 April 1996.

Menurut Kasum ABRI, penggiringan para mahasiswa pengunjuk rasa ke kampus UMI itu terpaksa dilakukan, karena tindakan para mahasiswa itu sudah mengarah pada tindakan kriminal.

Disebutkan, mahasiswa mulai melempari beberapa angkot dan memalangkan kendaraan di jalanan.

Namun versi mahasiswa berbeda. Mengutip Harian Kompas, 6 Mei 1996, menurut mahasiswa, dua dari tiga mahasiswa yang tewas itu sebelumnya telah dipukuli lebih dahulu dan baru kemudian dibuang ke sungai. Perlakuan itulah yang membuat mereka menemui ajalnya.

Kenaikan tarif ditangguhkan

Pada akhirnya Surat Keputusan (SK) Wali Kota Ujungpandang (sekarang Makassar) mengenai penyesuaian tarif angkutan penumpang umum ditangguhkan.

Arus angkutan kota pulih kembali dengan memberlakukan tarif lama pada 26 April 1996.

Ketua DPD Organda Sulsel, H Opu Sidik, turun ke terminal Panaikang pada 26 April 1996 menyampaikan instruksi Gubernur Sulsel tentang penangguhan tarif angkota sesuai SK Wali Kota tertanggal 16 April 1996, sekaligus mengumumkan pemberlakukan kembali tarif angkutan kota (pete-pete) yang lama.

Tarif lama untuk mahasiswa dari dan ke kampus Rp 200 per orang sekali trayek, sedangkan untuk umum bervariasi antara Rp 300-Rp 350 per orang per trayek.

Sebelumnya, sejak tanggal 21 April 1996, tarif angkota naik sekitar 30-70 persen, yakni, untuk mahasiswa Rp 300 per orang dan umum Rp 500 per orang.

Pertemuan dipandu Jusuf Kalla

Melansir Harian Kompas, 8 Juni 1996, para aktivis unjuk rasa dari berbagai universitas di Makassar dan tokoh-tokoh masyarakat melakukan pertemuan dari hati ke hati untuk menuntaskan permasalahan sehubungan peristiwa berdarah di Makassar pada 7 Juni 1996.

Pertemuan itu dipandu tokoh masyarakat Jusuf Kalla, dihadiri Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Sulatin, Gubernur Sulsel H. Zainal Basrie Palaguna dan Ketua DPRD Sulsel H. A Alim Bachrie.

Salah satu kesimpulan dalam pertemuan tersebut ialah, peristiwa tragedi Ujungpandang/Makassar terjadi karena kekhilafan di pihak penguasa/pemerintah daerah maupun di pihak masyarakat.

Pertemuan itu kemudian melahirkan Piagam Kerukunan.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/24/143000765/hari-ini-dalam-sejarah-peristiwa-april-makassar-berdarah-3-mahasiswa

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke