Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Bersyukur Disebutkan Meningkatkan Kesehatan Jantung, Benarkah?

KOMPAS.com - Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menunjukkan, 70 persen dari 39,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit tidak menular.

Dari jumlah tersebut, 45 persen atau nyaris setengahnya disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

Penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan stroke) adalah penyebab kematian nomor satu di dunia.

Penyakit ini telah mengakibatkan 17,3 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya.

Di antara berbagai faktor lain seperti makanan dan gaya hidup, stres adalah salah satu alasan terbesar yang memengaruhi kesehatan jantung seseorang.

Mengutip riset yang dipublikasikan American Psychological Association (APA), 9 April 2015, mengakui dan mengucap syukur atas aspek-aspek positif kehidupan dapat menghasilkan peningkatan kesehatan mental, dan kesehatan fisik, pada pasien dengan gagal jantung tanpa gejala.

"Kami menemukan bahwa lebih banyak rasa syukur pada pasien berhubungan dengan suasana hati yang lebih baik, tidur yang lebih baik, lebih sedikit merasa kelelahan, dan tingkat peradangan yang lebih rendah pada jantung," kata kepala riset Paul J. Mills, dari University of California, San Diego.


Meneliti rasa syukur

Rasa syukur adalah bagian dari pandangan hidup yang lebih luas yang melibatkan perhatian dan penghargaan terhadap aspek positif kehidupan.

Menurut Mills, rasa syukur bisa ditujukan pada banyak hal, mulai dari rasa syukur kepada hewan peliharaan yang selalu menemani, kepada teman-teman, dan kepada Tuhan.

Dia mengatakan, rasa syukur adalah aspek umum dari spiritualitas.

Karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya lebih spiritual memiliki kesejahteraan yang lebih baik secara keseluruhan, termasuk kesehatan fisik, Mills dan rekan-rekannya kemudian meneliti peran spiritualitas dan rasa syukur sebagai penanda kesehatan potensial pada pasien.

Penelitian yang mereka lakukan melibatkan 186 pria dan wanita yang telah didiagnosis dengan gagal jantung tanpa gejala (Stadium B) setidaknya selama tiga bulan.

Stadium B merupakan pasien yang telah mengalami penyakit jantung struktural, misalnya, pernah mengalami serangan jantung yang merusak jantung, tetapi tidak menunjukkan gejala gagal jantung, seperti sesak napas atau kelelahan.

Menurut Mills, pasien pada tahap ini berada dalam fase penting untuk menghentikan perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Sebab, pasien Stadium B berisiko tinggi berkembang menjadi gagal jantung simptomatik (Stadium C), yang mana memiliki risiko kematian lima kali lebih tinggi.


Tes psikologi standar

Dengan menggunakan tes psikologi standar, para peneliti memperoleh skor untuk rasa syukur dan kesejahteraan spiritual.

Mereka kemudian membandingkan skor tersebut dengan skor pasien untuk gejala depresi parah, kualitas tidur, kelelahan, efikasi diri (keyakinan pada kemampuan seseorang untuk menghadapi situasi) dan penanda peradangan.

Mereka menemukan skor rasa syukur yang lebih tinggi berhubungan dengan suasana hati yang lebih baik, kualitas tidur yang lebih tinggi, efikasi diri yang lebih tinggi, dan peradangan yang lebih sedikit. Peradangan seringkali dapat memperburuk gagal jantung.

Namun, yang mengejutkan para peneliti tentang temuan ini adalah bahwa rasa syukur sepenuhnya atau sebagian besar, berkontribusi terhadap efek positif dari kesejahteraan spiritual.

“Kami menemukan bahwa kesejahteraan spiritual berhubungan dengan suasana hati dan tidur yang lebih baik, tetapi aspek rasa syukur dari spiritualitaslah yang menyebabkan efek tersebut, dan bukan spiritualitas itu sendiri,” kata Mills.

Hati yang lebih bersyukur berarti jantung yang lebih sehat

Untuk menguji lebih lanjut temuan mereka, para peneliti meminta beberapa pasien untuk menuliskan tiga hal yang mereka syukuri hampir setiap hari selama delapan minggu.

Kedua kelompok, yang menulis catatan dan yang tidak, terus menerima perawatan klinis reguler selama periode itu.

“Kami menemukan bahwa pasien yang membuat catatan rasa syukur selama delapan minggu tersebut menunjukkan penurunan tingkat sirkulasi beberapa penanda peradangan penting, serta peningkatan variabilitas detak jantung saat mereka menulis. Variabilitas detak jantung yang meningkat dianggap sebagai ukuran penurunan risiko jantung,” kata Mills.

“Tampaknya hati yang lebih bersyukur berarti jantung yang lebih sehat, dan mencatat hal-hal yang disyukuri adalah cara mudah untuk mendukung kesehatan jantung,” imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/02/100500765/banyak-bersyukur-disebutkan-meningkatkan-kesehatan-jantung-benarkah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke