Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Kiriman Karangan Bunga, Bagaimana Sejarahnya?

KOMPAS.com – Karangan bunga kerap digunakan sebagai cara untuk mengucapkan pesan, mulai dari ucapan selamat hingga belasungkawa.

Baru-baru ini, topik karangan bunga juga ramai diperbicangkan berkaitan dengan penurunan baliho Rizieq Shihab.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, Senin (23/11/2020) Markas Komando Daerah Militer (Kodam) Jayakarta di Cililitan Jakarta Timur dipenuhi karangan bunga pada Senin (23/11/2020).

Karangan tersebut dikirimkan sebagai bentuk dukngan atas langkah TNI mencabut baliho yang dipasang oleh simpatisan FPI.

“Bravo Pangdam Jaya. Terbaik untuk rakyat, terbaik untuk TNI,” tulis salah satu karangan bunga yang mengatasnamakan diri sebagai Benteng NKRI.

Tak hanya di Markas Kodam Jaya, Mapolda Metro juga dipenuhi karangan bunga berisikan pesan dukungan atas penurunan baliho Rizieq.

Pada Jumat (13/11/2020), karangan bunga juga berdiri di Kantor Bawaslu Kalimantan Selatan.

Karangan bunga tersebut berisi pesan “Turut Berduka Cita Atas Matinya Keadilan Pemilu di Kalsel”.

Karangan bunga diketahui dikirimkan oleh Tim Hukum Calon Gubernur Kalses Denny Indrayana.

Karangan bunga tersebut dikirimkan sebagai bentuk kekecewaan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Denny Indrayana dan Dufriadi Drajat yang kecewa kepada Bawaslu Kalsel.

Digunakan untuk banyak momen, lantas seperti apa sejarah karangan bunga dari masa ke masa?

Melansir dari Britanica, karangan bunga telah dipakai sejak zaman dahulu kala.

Di zaman kuno, karangan bunga diberikan kepada pejabat publik, atlet, penyair, atau pejuang yang kembali pulang setelah berjuang.

Karangan bunga di Mesir Kuno paling populer dalam bentuk tasbih yang dibuat dengan menjahit bunga ke pita linen dan mengikatnya ke kepala.

Sedangkan di Yunani kuno, karangan bunga biasanya dibuat dari zaitun, pinus, laurel, atau seledri dan diberikan pada para atlet Olimpiade.

Pasangan kekasih di Yunani kuno, juga kerap menggantungkan karangan bunga di ambang pintu sebagai tanda kasih sayang.

Pada zaman dahulu karangan bunga juga kerap memiliki makna religius berisi tulisan-tulisan mitologi Yunani. Sedangkan di Romawi, karangan bunga berisi tulisan yang merupakan simbol kehormatan.

Karangan bunga di Meksiko pada abad XVIII digunakan oleh para biarawati di kepala mereka yang menandakan kegembiraan.

Karangan bunga dulunya dibuat menggunakan bunga-bunga asli.

Namun pada abad XIX dimulailah karangan bunga dibuat menggunakan bunga-bunga buatan mengingat di abad itu revolusi industri terjadi.

Meski demikian bunga asli tetap dipilih sebagai bahan untuk membuat karangan bunga.

Bahkan hingga abad XX, karangan bunga menggunakan bunga asli dinilai memiliki nilai seni tinggi.

Di beberapa negara seperti Victoria (negara bagian di Australia), kemampuan merangkai bunga bahkan diharuskan bagi wanita.

Adapun di Jepang, penataan bunga memiliki seni yang rumit dan unik dan awalnya merangkai bunga adalah hobi pria, namun sesudah Restorasi Meiji banyak wanita yang mulai melakukannya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/28/193200765/ramai-soal-kiriman-karangan-bunga-bagaimana-sejarahnya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke