Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Kesehatan Mental Sedunia: Apa Itu Kesehatan Mental dan Cara Menjaganya

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tahun pada 10 Oktober.

Situasi pandemi saat ini, membuat pembahasan tentang kesehatan mental menjadi perbincangan menarik.

Dengan segala perubahan yang terjadi karena pandemi virus corona, masyarakat dunia perlu menyesuaikan diri.

Situasi yang terkadang memengaruhi situasi psikologis yang bisa berdampak pada kesehatan mental.

Apa itu kesehatan mental dan apa saja yang perlu kita ketahui? 

Dilansir dari Medical News Today, 13 April 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi mental yang tidak adanya gangguan atau kecacatan mental.

Disebutkan pula, puncak kesehatan mental tidak hanya tentang menghindari kondisi aktif, tetapi juga menjaga kesehatan dan kebahagiaan yang berkelanjutan.

Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan kognitif, perilaku, dan emosional.

Hal inilah yang mengatur bagaimana cara orang berpikir, merasakan, dan berperilaku.

Selain itu, kesehatan mental juga dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan atau relasi, dan kesehatan fisik.

Misalnya, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental bisa stress, depresi, dan merasakan kecemasan yang dapat memengaruhi kesehatan mental serta mengganggu rutinitas seseorang.

Oleh karena itu, dengan menjaga kesehatan mental, seseorang akan lebih menikmati hidup.

Ia dapat memperoleh keseimbangan antara aktivitas hidup, tanggung jawab, dan upaya mencapai ketahanan psikologis.

Data gangguan kesehatan mental

WHO juga menekankan, menjaga dan memulihkan kesehatan mental sangat penting bagi individu, serta di berbagai komunitas dan masyarakat di seluruh dunia.

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), diperkirakan 11,2 juta orang dewasa di AS, atau sekitar 4,5 persen orang dewasa, memiliki kondisi psikologis yang parah pada 2017.

Sementara, National Alliance on Mental Illness memperkirakan, 1 dari 5 orang dewasa mengalami masalah kesehatan mental setiap tahunnya.

Data terbaru yang dirilis oleh WHO saat pandemi corona, menunjukkan, ada penambahan kasus gangguan kesehatan mental secara signifikan di sejumlah negara.

Menurut data dari situs resmi WHO, mereka melakukan survei di 130 negara. Hasilnya, ada dampak buruk Covid-19 pada akses layanan kesehatan mental.

Survei ini dilakukan pada Juni hingga Agustus 2020.

Tujuan dilakukannya survei ini adalah untuk mengevaluasi bagaimana penyediaan layanan mental, neurologis, dan penggunaan zat telah berubah akibat Covid-19, jenis layanan yang telah terganggu, dan bagaimana negara-negara beradaptasi untuk mengatasi tantangan ini.

Berikut hasil survei yang dilakukan WHO terhadap 130 negara yang melaporkan gangguan kesehatan mental yang meluas:

  • Lebih dari 60 persen melaporkan gangguan layanan kesehatan mental bagi orang-orang yang rentan, termasuk anak-anak dan remaja (72 persen); orang dewasa yang lebih tua (70 persen), dan wanita yang membutuhkan layanan antenatal atau postnatal (61 persen).

  • Sebanyak 67 persen melihat gangguan pada konseling dan psikoterapi; 65 persen untuk layanan pengurangan bahaya kritis; dan 45 persen untuk pengobatan pemeliharaan agonis opioid untuk ketergantungan opioid.

  • Lebih dari sepertiga (35 persen) melaporkan gangguan pada intervensi darurat, termasuk orang yang mengalami kejang berkepanjangan, sindrom penarikan penggunaan zat yang parah, dan delirium, seringkali merupakan tanda kondisi medis serius yang mendasari.

  • Ada 30 persen negara yang melaporkan gangguan akses pengobatan untuk gangguan mental, neurologis dan penggunaan zat.

  • Sekitar 75 persen negara melaporkan setidaknya sebagian gangguan terjadi di sekolah (78 persen), dan tempat kerja layanan kesehatan mental (75 persen).

Sejak pandemi corona melanda, terjadi peningkatan permintaan akan layanan kesehatan mental.

Sebab, orang-orang mengalami duka cita, masa isolasi, kehilangan pendapatan, dan ketakutan yang memicu kondisi kesehatan mental atau memperburuk kondisi yang sudah ada.

Penyebab gangguan kesehatan mental

Penting untuk mengetahui bahwa kesehatan mental yang baik bergantung pada keseimbangan faktor yang rumit dan beberapa elemen yang berpengaruh pada gangguan kesehatan mental.

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental:

Tekanan sosial dan ekonomi

Pada 2015, dilakukan studi terhadap 903 keluarga di Iran untuk mengidentifikasi beberapa penyebab sosial ekonomi dari kondisi kesehatan mental, termasuk kemiskinan dan tinggal di pinggiran kota besar.

Memiliki sarana keuangan yang terbatas atau termasuk dalam kelompok etnis yang terpinggirkan atau teraniaya dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental.

Faktor yang dapat dimodifikasi untuk gangguan kesehatan mental

Ada juga faktor yang dapat dimodifikasi untuk gangguan kesehatan mental yakni kondisi sosio ekonomi, tingkat keterlibatan sosial pada seseorang, pendidikan, dan kualitas rumah.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Sementara, untuk faktor yang tidak dapat dimodifikasi yakni jenis kelamin, usia, dan etnis.

Faktor Biologis

NIMH menunjukkan, riwayat keluarga genetik dapat meningkatkan kemungkinan kondisi kesehatan mental karena gen dan varian gen tertentu menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi.

Memiliki gen yang terkait dengan gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau skizofrenia, tidak menjamin bahwa suatu kondisi akan berkembang.

Demikian pula orang tanpa gen terkait atau riwayat keluarga dengan penyakit mental masih dapat memiliki masalah kesehatan mental.

Penanganan

Ada berbagai metode untuk menangani masalah kesehatan mental.

Namun, penanganan ini sangat individual, dan tindakan yang berhasil bagi seorang pasien, belum tentu berhasil juga terhadap orang lain.

Individu perlu bekerja sama dengan dokter yang dapat membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memberikan perawatan yang sesuai.

Berikut beberapa jenis penanganan untuk gangguan kesehatan mental:

Psikoterapi atau terapi berbicara

Jenis pengobatan ini mengambil pendekatan psikologis untuk mengobati penyakit mental.

Ada berbagai macam pendekatan psikologis yang meliputi terapi perilaku kognitif, terapi eksposur, dan terapi perilaku dialektis.

Pendekatan ini hanya dapat dilakukan oleh psikiater, psikolog, psikoterapis, dan beberapa dokter perawatan primer.

Ini dapat membantu orang memahami akar penyakit mental mereka dan mulai bekerja pada pola pikir yang lebih sehat yang mendukung kehidupan sehari-hari dan mengurangi risiko isolasi dan melukai diri sendiri.

Medikasi

Beberapa orang menggunakan obat yang diresepkan, seperti antidepresan, antipsikotik, dan obat anxiolytic.

Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan gangguan mental, namun beberapa obat dapat memperbaiki gejala dan membantu seseorang melanjutkan interaksi sosial dan rutinitas normal sambil memperbaiki kesehatan mentalnya.

Obat-obat ini bekerja dengan meningkatkan penyerapan bahan kimia yang membuat tubuh merasa nyaman, seperti serotonin, dari otak.

Sementara, obat lain dapat meningkatkan keseluruhan tingkat bahan kimia ini atau mencegah degradasi atau kerusakannya.

Tolong diri sendiri

Selain itu, seseorang yang menghadapi kesulitan kesehatan mental biasanya perlu melakukan perubahan pada gaya hidup mereka untuk memfasilitasi kebugaran.

Perubahan tersebut mungkin termasuk mengurangi asupan alkohol, tidur lebih banyak, dan makan makanan yang seimbang dan bergizi.

Seseorang yang berada pada kondisi ini juga disarankan meluangkan waktu dari pekerjaan atau menyelesaikan masalah dengan hubungan pribadi yang dapat merusak kesehatan mental mereka.

Kendati demikian, ia dapat mengambil manfaat dari teknik relaksasi, yang meliputi pernapasan dalam, dan meditasi.

Opsi lain, bisa juga dengan berkonsultasi melalui kelompok swadaya atau teman dekat dan keluarga untuk pemulihan dari penyakit mental.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/10/171200265/hari-kesehatan-mental-sedunia-apa-itu-kesehatan-mental-dan-cara-menjaganya

Terkini Lainnya

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke