Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Potensi Gempa dan Tsunami Besar di Selatan Jawa, Bagaimana Pemahaman Kebencanaan Kita?

KOMPAS.com - Sebuah riset yang dilakukan oleh tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan adanya potensi gempa dan tsunami besar selatan Jawa.

Riset dilakukan berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi, wilayah Jawa bagian selatan memiliki potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.

Jika wilayah-wilayah itu terjadi gempa secara bersamaan, maka kemungkinan terburuknya adalah potensi gempa hingga M 9,1.

Riset yang dipublikasikan di Nature Scientific Report, Kamis (17/9/2020), juga mencatat bahwa gempa itu dapat menimbulkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai 20 meter.

Dengan tingginya potensi bencana di Indonesia, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan, khususnya di daerah rawan?

Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Aris Marfai mengatakan, banyaknya informasi terkait kebencanaan membuat kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Dengan kesadaran itu, masyarakat kini lebih peduli dengan berbagai fenomena dan potensi bencana.

"Kalau sudah peduli, harapannya aware dan paham untuk melakukan langkah-langkah pengurangan risiko akibat bencana," kata Aris saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/9/2020).

"Minimal masyarakat pada saat ini sudah jauh lebih memahami dibandingkan sepuluh tahun lalu, terutama untuk masyarakat di daerah rawan gempa dan tsunami," lanjut dia.

Aris mengatakan, bukti kesadaran masyarakat akan bencana itu juga terlihat dari program studi (Prodi) kebencanaan yang ramai peminat.

Selain itu, eksistensi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di setiap daerah juga mengindikasikan bahwa pemerintah telah meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana.

"Artinya pemerintah juga semakin meningkatkan kesiapsiagaan dan kesiapan menghadapi bencana dengan adanya unit-unit khusus. Demikian juga dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kebencanaan," jelas dia.

Aris menjelaskan, paradigma pemerintah dalam penanggulangan bencana pun kini telah bergeser dari responsif menjadi kesiapsiagaan.

Meski demikian, ia mengingatkan agar pemerintah terus meningkatkan kesiapan masyarakat terhadap bencana, sehingga meminimalisir dampaknya.

Hal itu bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat.

Aris menyebutkan, yang perlu diwaspadai saat ini adalah masyarakat tak boleh terlena, khususnya di daerah rawan yang lama tidak terjadi bencana.

"Ada sebuah adagium yang mengatakan, 'bencana itu datang kalau kita sudah lupa bencana sebelumnya'," kata Aris.

"Masyarakat kita kan tipenya mudah lupa terhadap suatu kejadian, sehingga perlu berulang-ulang kita ingatkan, agar program pengurangan risiko bencana ini bisa berjalan lebih maksimal," lanjut dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/27/120400565/potensi-gempa-dan-tsunami-besar-di-selatan-jawa-bagaimana-pemahaman

Terkini Lainnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Tren
Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Tren
Mengenal 'Kidult', Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Mengenal "Kidult", Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Tren
Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang 'Kejar Tayang' Era Jokowi

Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang "Kejar Tayang" Era Jokowi

Tren
Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Tren
Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Tren
Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Tren
9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

Tren
Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Tren
Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Tren
5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

Tren
Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke