Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

200.000 Kematian Covid-19 di AS, Benarkah Trump Prioritaskan Politik?

KOMPAS.com - Angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat sudah melebihi angka 200.000 kasus.

Mengacu pada data Worldometers, Rabu (23/9/2020), total kematian sejumlah 205.478 kasus dari 7.098.291 kasus positif yang tercatat.

Jumlah kematian tertinggi di dunia ini bisa terjadi di AS, disebut-sebut karena Presiden Donald Trump menjelekkan sains dan memprioritaskan urusan politik.

Kesiapan vaksin 

Sebagaimana dikutip dari AP, Trum menyebut baru saja menegur ilmuwan bidang virologi yang juga Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, dr. Robert Redfield.

Redfield menyebut vaksin belum bisa tersedia secara luas hingga akhir tahun 2021, namun Trump bersikeras vaksin harusnya bisa disiapkan sebelum November tiba.

November adalah waktu yang dilaksanakannya pemilihan presiden AS, kurang lebih 6 minggu dari sekarang.

Trump pun mengatakan bahwa Redfield kebingungan atas pernyataan yang ia sampaikan.

Saat ini rata-rata kematian akibat Covid-19 di AS mendekati 770 kasus per hari.

Korban tewas diperkirakan akan mencapai 400.000 di akhir tahun saat sekolah dan perguruan tinggi sudah mulai dibuka, ditambah dengan datangnya musim dingin.

Namun menurut Trump, kondisi ini jauh lebih baik karena ia merasa pemerintah sudah melakukan sesuatu yang benar.

"Saya pikir jika kami tidak melakukan (penanganan)nya dengan benar, akan ada 2,5 juta kematian," kata Trump.

Trump menambahkan saat ini AS ada dalam kondisi yang baik-baik saja dan bahkan pasar saham mengalami peningkatan.

Mengecilkan ancaman virus

Pada akhir Januari, setelah virus pertama kali muncul di Wuhan, China, CDC meluncurkan pusat operasi daruratnya.

Apa yang dibutuhkan, kata ahli epidemiologi, adalah kampanye pendidikan publik yang agresif dan mobilisasi pelacakan kontak untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kasus pertama sebelum penyakit menyebar di luar kendali.

Sebaliknya, Trump secara terbuka mengecilkan virus itu pada minggu-minggu pertama yang penting itu, meskipun dia secara pribadi mengakui keseriusan ancaman tersebut.

"Anda harus tenang," kata Trump pada 6 Maret, saat berkunjung ke markas besar CDC di Atlanta.

“Ini (virus corona) akan pergi,” kata dia lagi. 

Sementara itu sebelumnya Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular dan para dokter mengingatkan agar negara menerapkan protokol kesehatan ketat.

Yaitu mewajibkan masker, mempraktikkan jarak dan menutup bisnis. Apabila tidak, maka akan ada 100.000 hingga 240.000 kematian.

Mereka menekankan bahwa jika AS mengadopsi langkah-langkah ketat, kematian bisa tetap di bawah 100.000.

Namun, alih-alih mengeluarkan mandat masker nasional dan tindakan lain yang direkomendasikan, pemerintahan Trump dalam beberapa minggu memposting rencana "Membuka Amerika Lagi".

Fauci mengatakan di bulan Agustus, ada "perasaan anti-sains yang mendasar" pada saat beberapa orang menolak otoritas.

“Sains cenderung masuk dalam kategori otoritatif. Orang tidak suka itu," kata dia. 

Rapat umum kampanye

Sebelumnya, sebagaimana mengutip The New York Times, Trump menggelar rapat umum terkait kampanye di dalam ruangan. Yakni di sebuah pabrik manufaktur di pinggiran Las Vegas.

Rapat itu dihadiri oleh ribuan pendukungnya yang banyak di antara mereka tidak mengenakan masker dan tidak mempraktikkan jaga jarak.

Hal ini dinilai bertentangan dengan aturan negara yang membatasi peserta pertemuan di dalam ruangan harus kurang dari 50 orang.

Padahal beberapa staf Presiden Trump sudah ada terkonfirmasi positif terkena Covid-19.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/23/152800365/200.000-kematian-covid-19-di-as-benarkah-trump-prioritaskan-politik-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke