Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Virus Corona Rekayasa dan Pembuat Vaksin Diuntungkan?

KOMPAS.com – Berbagai teori konspirasi terkait virus corona penyebab penyakit Covid-19 banyak muncul ke permukaan. Mulai disebut-sebut bisa menyebar melalui jaringan 5G, hasil rekayasa dan senjata bilogis. 

Sebelumnya, artis Deddy Corbuzier dan rapper Young Lex sempat membahasnya dalam sebuah acara podcast di kanal youtube milik Deddy.

Tak hanya di kanal Deddy, pembahasan mengenai teori konspirasi juga beredar luas di masyarakat, bahkan kalangan internasional.

Lantas benarkah virus corona rekayasa dan apakah pembuat vaksin diuntungkan?

Teori konspirasi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman berbagi pandangannya. Menurut Dicky, pembahasan terkait teori konspirasi virus corona tidak masuk akal dan dapat dijelaskan dengan data serta penelitian. 

Termasuk ketika menganggap wabah corona adalah skenario, atau rekayasa, maka harus ada pihak yang benar-benar diuntungkan.

“Nah kalau sekarang yang merekayasa negara, faktanya tak satupun negara yang mendapat keuntungan dari Covid-19,” jawabnya saat dihubungi Kompas.com Sabtu (16/5/2020).

Selain itu dari sisi ekonomi menurut dia semua negara mengalami kesulitan, termasuk dari sisi perdagangan, pendidikan, sosial dan tentu saja juga dari sisi kesehatan.

“Secara logika sederhana saja nggak ada yang diuntungkan,” ujar dia.

Kemudian ketika ada yang menganggap perusahan vaksin juga akan untung, menurutnya ini juga tidak masuk akal dan dengan mudah dapat dibantah. 

“Faktanya yang terjadi saat ini virus ini terus bermutasi dan strain berbeda-beda di setiap negara, sehingga tingkat kesulitan vaksin dan obat pun sangat komplek,” ucap dia.

Benarkah rekayasa perusahaan vaksin?

Karena itu menurut Dicky apabila virus corona adalah rekayasa perusahaan vaksin untuk meraup untung, maka skenarionya terlalu rumit. Selain riset vaksin yang mahal juga memerlukan waktu yang lama untuk menentukan vaksin yang dapat melemahkan virus. 

Termasuk mengenai tudingan bahwa China berada di balik konspirasi penyebaran virus corona, Dicky menyebut hal itu juga tidak beralasan. Terlebih melihat dampak yang ditimbulkan virus corona bagi China.

“China di Wuhan sekarang melakukan tes bahkan sampai 1 juta sehari, itu dalam rangka karena takutnya akan serangan gelombang kedua yang lebih besar,” kata dia.

Padahal menurut Dicky, dalam pelaksanaan tes Covid-19 jelas membutuhkan dana yang tidak kecil, sehingga itu juga tidak masuk akal.

“Selain nggak terbukti juga tidak produktif ketika mempertentangkan teori konspirasi karena kita akan kehabisan waktu dan tenaga padal virus ini bertambah jumlahnya tiap hari,” ungkapnya lebih lanjut.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/081500365/benarkah-virus-corona-rekayasa-dan-pembuat-vaksin-diuntungkan-

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke