KOMPAS.com - Waktu berbuka merupakan saat yang dinanti-nati umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan setelah seharian menahan makan dan minum dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari.
Salah satu kebiasaan orang Indonesia ketika masuk waktu berbuka puasa yakni menyantap gorengan, seperti mendoan, pisang goreng, risol, bakwan, dan lainnya.
Tanpa adanya gorengan yang tersaji ketika berbuka puasa dirasa kurang lengkap.
Lantas, apakah aman jika saat berbuka puasa kita langsung menyantap gorengan?
Terkait hal itu, dokter spesialis gizi klinik dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospital, Jakarta Selatan, dr Inge Permadhi mengungkapkan, awalnya fenomena tersebut terjadi karena adanya naluri seseorang yang lapar dan ingin mengonsumsi semua makanan yang dianggapnya enak.
"Secara naluri, ketika lapar, orang ingin mengonsumsi semua makanan yang dianggapnya enak dan mengenyangkan. Gorengan yang hangat dan lezat, tentu amat menggiurkan," ujar Inge saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).
Menurutnya, perilaku ini dinilai berbeda dengan orang yang menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dari berbagai sumber makanan alami yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang diolah secara sehat.
"Apabila dalam jumlah terbatas, seharusnya tidak menimbulkan masalah. Tetapi apabila terlalu banyak dan sering dalam mengonsumsi gorengan, mungkin dapat timbul berbagai dampak terhadap kesehatan akibat lemak yang terlalu banyak masuk ke dalam tubuh, apalagi bila tidak diimbangi oleh aktivitas untuk memetabolisme lemak tersebut," terang Inge.
Ia memaparkan, pada pola makan sehat, ada hal yang sangat dibatasi yakni makanan yang terlalu tinggi gula, tinggi lemak, dan tinggi garam.
Kendati demikian, bila kita mengonsumsi gorengan dalam jumlah banyak maka kita tentu tidak menerapkan pola hidup sehat.
Namun, permasalahan kesehatan seperti radang tenggorokan akan muncul apabila kita mengonsumsi gorengan dengan jumlah banyak.
Inge menjelaskan, radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi.
"Minyak yang digunakan untuk menggoreng dapat berisifat iritan yang akan mengiritasi daerah di sekitar tenggorokan," ujar Inge.
Kejadian menggoreng gorengan dengan minyak yang tidak diganti dianggap hal yang biasa.
"Bagi orang yang sensitif terhadap minyak goreng, tenggorokan yang masih kering atau sedang terinfeksi, mengonsumsi gorengan tentu akan mempercepat timbulnya radang tenggorokan," ujar Inge.
Sementara itu, guna menetralisir tenggorokan setelah makan gorengan, Inge menyarankan dapat dengan minum air putih.
Tetapi hal itu tidak akan berpengaruh banyak bagi orang yang telah teriritasi, meski sudah minum banyak air putih.
"Obatnya adalah dengan menghindari gorengan saja," ujar Inge.
Di sisi lain, dosen di Program Studi (Prodi) Gizi Kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Harry Freitag mengungkapkan, sebelum memakan gorengan saat berbuka puasa, sebaiknya minum terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan untuk membasahi tenggorokan terlebih dahulu.
"Kalau gorengannya digoreng dengan minyak berulang, karena teroksidasi, sehingga mengiritasi tenggorokan," ujar Harry saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).
Namun, jika ingin terhindar dari penggorengan yang berulang kali, Anda dapat menggoreng sendiri.
Gorengan sulit dicerna
Mengutip pemberitaan Kompas.com, Jumat (18/5/2018), gorengan mengandung lemak dalam minyak yang membuat makanan ini sulit dicerna, terutama ketika gorengan menjadi makanan pertama yang dimakan setelah puasa.
Saat perut kosong setelah seharian berpuasa dan kemudian terisi dengan gorengan, tentunya menyebabkan saluran pencernaan bekerja lebih keras untuk dapat mencerna lemak tersebut.
Karena sulit dicerna, proses pencernaan makanan akan berlangsung lama dan dapat mengganggu serta menghambambat saluran pencernaan untuk memproses zat memproses zat gizi lain.
Selain itu, dampak dari proses pencernaan yang lama, maka perut tidak cepat merasa kenyang. Alhasil, timbul makan berlebihan.
Yang perlu diperhatikan ketika mengonsumsi gorengan yakni efek yang terjadi jika kita terus-terusan mengonsumsi gorengan.
Gorengan dikenal mengandung lemak jahat bagi tubuh.
Lemak trans dalam gorengan dapat meningkat kadar low-density lipoprotein (LDL) atau biasa dikenal dengan lemak jahat, dan menurunkan kadar high-density lipoprotein (HDL) atau lemak baik dalam tubuh.
Diketahui, jika lemak jenuh dan lemak trans yang ada pada gorengan dapat menumpuk dan menghambat di dalam arteri di tubuh.
Apabila aliran darah terhambat, kondisi ini dapat berkembang menjadi penyebab dari penyakit jantung dan stroke.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/09/133200765/berbuka-puasa-dengan-gorengan-amankah