Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kambing Jadi Solusi Mengatasi Kebakaran Lahan di Portugal, Bisa Kita Tiru?

KOMPAS.com – Biasanya sebuah tragedi kebakaran, apalagi yang terjadi di area luas seperti hutan dan lahan butuh upaya yang ekstra untuk memadamkannya. Mulai dari menerjunkan petugas pemadam, melakukan water bombing, hingga merekayasa cuaca dengan membuat hujan buatan.

Namun, ada hal yang menarik yang terjadi di kasus kebakaran lahan di Portugal. Di sana, kambing-kabing gembala memberi sumbangsih besar untuk memadamkan titik panas yang ada di area hutan.

Bagaimana mungkin?

Dilansir dari New York Times, kambing-kambing gembala milik masyarakat di Portugal memberi sumbangsih besar dalam upaya pencegahan kebakaran lahan atau hutan.

Setelah Pemerintah setempat mengupayakan berbagai cara bahkan melibatkan teknologi mulai dari drone, satelit, dan pesawat untuk menyelesaikan masalah kebakaran hutan yang ada.

Ternyata mereka baru menyadari, ada satu cara sederhana dan begitu ekonomis namun efektif untuk menangani kasus kebakaran yang selalu terulang setiap tahunnya, yaitu kambing.

Selama ini, kebakaran hutan sering terjadi saat cuaca panas dari satu titik lahan dan meluas ke area lain karena banyaknya ilalang atau rumput yang kering.

Kambing-kambing gembala ini lah yang menjadi solusi, karena ketika dilepasliarkan, ia memakan rumput-rumput yang ada sehingga ketika musim panas tiba, rumput-rumput itu sudah tidak sebanyak seharusnya.

Keunggulan lain dari kambing-kambing ini adalah mereka dapat menjangkau area-area terpelosok yang tidak mungkin didatangi alat untuk mengendalikan rumput-rumput itu.

Luasnya lahan yang terbakar pun bisa ditekan.

Ini tentu menjadi solusi yang sangat baik bagi Portugal yang sudah beberaa tahun mengalami kebakaran hutan, seperti Indonesia.

Sayangnya saat ini sudah tidak banyak masyarakat yang menggembalakan kambing-kambing atau binatang-binatang ternaknya.

Adalah seorang penggembala kambing terakhir di Desa Vermelhos, Potugal bagian selatan,

Leonel Martins Pereira (49) yang saat ini membiarkan kambing-kambing algarve peliharaannya merumput di kawasan hutan atau lahan terbuka.

Mereka memakan semua jenis rumput, termasuk daun dan buah stroberi lokal yang biasa dimanfaatkan oleh penduduk untuk membuat minuman keras.

Martins adalah satu-satunya penggembala kambing yang masih tersisa di desanya. Masyarakat desa yang lain lebih memilih untuk mencari penghidupan di kota dan pergi meninggalkan desa.

Di desanya, terdapat sebuah bukit yang dikeliingi oleh tanah-tanah tandus. Namun kawasan itu telah bersih dari ilalang kering seolah-olah baru saja dilewati oleh mesin khusus pemangkas rumput.

Padahal, semua itu adalah hasil ia menggemabalakan 150 ekor kambing algarve yang memakan semua rumput-rumput di sana sebelum rumput itu mati mengering akibat cuaca.
Kambing algarve adalah jenis kambing berwarna putih dengan motif titik-titik berwarna hitam di atasnya.

Meskipun menjadi satu-satunya yang tersisa, ia menjadi bagian dari program percontohan Pemerintah Portugal untuk membantu negaranya beradaptasi dengan masa depan yang mungkin saja akan mengalami perubahan iklim.

Program ini digagas oleh Lembaga Kehutanan Pemerintah mulai tahun 2018 dengan anggaran hanya beberapa ribu Euro saja.

Hingga saat ini, program ini telah memiliki 10.800 ekor kambing yang terdaftar dan merumput di area lahan seluas 6.700 hektar, tersebar di beberapa daerah yang rentan terjadi kebakaran.

Tidak terkendala biaya, namun diakui terdapat hambatan yang ditemui pemerintah ketika menjalankan program ini, yakni sedikitnya jumlah penggembala yang ada di Portugal.

“Sangat sulit menemukan orang yang mau melakukan pekerjaan berat ini di area-area yang kerap dilanda kebakaran hutan,” kata salah seorang dewan di lembaga kehutanan dan konservasi yang menjalankan proyek itu.

Seorang pejabat daerah Kementerian Pertanian Portugal, Joao Cassinello menyebut kini banyak orang-orang pedesaan yang beralih ke kota dan meninggalkan lahan mereka sehingga tak terawat dan mudah terbakar.

“Kami kehilangan masyarakat yang dahulu memandang hutan sebagai bagian berharga dalam hidupnya,” kata Jealo.

Bisakah cara semacam ini ditiru Indonesia untuk menuntaskan kasus kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun?

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/14/203234565/kambing-jadi-solusi-mengatasi-kebakaran-lahan-di-portugal-bisa-kita-tiru

Terkini Lainnya

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Tren
Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke