Syarat-syarat tersebut dipenuhi, sehingga Kartini tetap bisa mewujudkan cita-citanya untuk memajukan pendidikan perempuan pribumi.
Sekolah yang didirikan setelah menikah berada di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang (sekarang Gedung Pramuka).
Baca juga: Benarkah RA Kartini Berpandangan Maju dan Modern?
Kartini juga sempat mendukung langkah suaminya memberantas candu, yang bertentangan dengan anggota Dewan Hindia.
Perjuangan Kartini tidak berlangsung lama, karena pada 17 September 1904, ia meninggal hanya beberapa hari setelah melahirkan anak semata wayangnya.
Meski sangat singkat, perjuangan Kartini menginspirasi banyak orang, salah satunya Conrad Theodor van Deventer, salah satu tokoh Politik Etis dari Belanda, yang mendirikan sebuah sekolah perempuan.
Sekolah yang dinamai Sekolah Kartini itu didirikan pada 1912, atau sekitar delapan tahun setelah wafatnya RA Kartini.
Setelah Kartini wafat, tulisan dari surat-suratnya kepada temannya di Eropa dibukukan dengan judul "Door Duisternis tot Licht" atau "Habis Gelap Terbitlah Terang" oleh Jackques Henrij Abendanon, salah satu sahabat penanya.
Atas jasanya memperjuangkan perempuan dalam mendapatkan kesetaraan dalam pendidikan dan berkarya, Pemerintah Indonesia menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.
Selain itu, tanggal lahirnya, yaitu 21 April, ditetapkan sebagai Hari Kartini.
Referensi: