Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Selat Muria yang Menghilang pada Abad ke-17

Kompas.com - 25/03/2024, 14:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir yang terjadi di pesisir utara Jawa Tengah, khususnya wilayah Kudus dan sekitarnya, sering kali dikaitkan dengan keberadaan Selat Muria.

Selat Muria merupakan selat yang pernah menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Muria, yang kini menjadi Kabupaten Jepara, Pati, dan Kudus.

Saat ini, Selat Muria telah menjadi daratan yang meliputi wilayah Demak, Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang. Pulau Muria pun menyatu dengan Pulau Jawa.

Walaupun sudah lenyap selama beberapa abad, ternyata Selat Muria zaman dulu menyimpan kisah yang tidak sedikit dan memegang peran penting, terutama dalam bidang pelayaran.

Lalu bagaimana sejarah Selat Muria hingga akhirnya menghilang?

Baca juga: Kedudukan Selat Muria yang Menjadi Pelabuhan Kerajaan Demak

Selat Muria sebelum abad ke-17

Sebelum abad ke-17, Selat Muria memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria, yang di tengah-tengahnya terdapat Gunung Muria.

Di sepanjang tepian Selat Muria terdapat pelabuhan perdagangan dengan berbagai komoditas yang datang dari wilayah pedalaman Jawa, maupun Pulau Muria.

Dalam buku karya Tome Pires, seorang penulis berkebangsaan Portugis, pada awal abad ke-16, kawasan Selat Muria merupakan lokasi galangan kapal yang memproduksi kapal-kapal jung Jawa.

Keberadaan industri pembuatan kapal membuat kawasan ini didominasi oleh para saudagar muslim, dan Tome Pires memberinya julukan sebagai penguasa jung.

Selat Muria semakin ramai ketika dilalui oleh kapal-kapal dagang yang menuju Kerajaan Demak, yang kala itu berperan sebagai pelabuhan utama.

Ketika menggambarkan ekologi Demak, De Graaf dan Pigeaud menulis bahwa distrik Demak terletak di pantai selat, yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa.

Selat Muria memiliki peran penting bagi perekonomian Kerajaan Demak, yang bergantung pada sektor maritim sekaligus agraris.

Baca juga: Mengapa Selat Malaka Menjadi Tempat Strategis untuk Perdagangan?

Pelabuhan Demak menjadi tujuan kapal-kapal dari Maluku untuk menjalankan transaksi perdagangan, sehingga lalu lintas di Selat Muria cukup ramai.

Selat Muria cukup lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga menjadi jalan pintas bagi para pedagang dari Semarang yang hendak menuju Rembang atau sebaliknya.

Keberadaan Selat Muria membantu para pedagang tidak perlu memutar melewati Pelabuhan Jepara ataupun memutari Pulau Muria.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com