Amarah rakyat Banjar memuncak saat Ida Made Rai ditangkap dan diasingkan ke Banyuwangi, Jawa Timur.
Sebagai respons, Belanda mendaratkan pasukannya, lengkap dengan peralatan militer, untuk menundukkan rakyat Banjar.
Di tengah gentingnya suasana, Ida Made Rai berusaha berdamai, dengan syarat ia diangkat kembali menjadi punggawa.
Pada 19 September 1868, I Kamasan diutus ke Temukus untuk mengusahakan perdamaian itu.
Namun, I Kamasan justru ditangkap oleh Belanda, yang membuat peperangan tidak terelakkan lagi.
Dengan kata lain, ada tiga penyebab perlawanan rakyat Banjar di Bali terhadap Belanda, yaitu:
Baca juga: Dampak Perang Jagaraga
Perlawanan rakyat Banjar tahap pertama dimulai pada 20 September 1868, ketika Belanda mulai menerjunkan pasukannya yang dilengkapi senapan dan meriam.
Meski rakyat Banjar hanya berbekal senjata berupa tombak, keris, dan pedang, mereka diuntungkan oleh penguasaan atas medan.
Alhasil, pada tahap pertama pertempuran, kemenangan ada di pihak rakyat Banjar.
Kegagalan menerobos pertahanan rakyat Banjar membuat pasukan Belanda meminta bantuan dari Batavia (Jakarta).
Bantuan sejumlah 600 tentara pun tiba di bawah pimpinan Kolonel de Brabant.
Tambahan pasukan yang didukung pula dengan artileri-artileri dari pantai ataupun meriam gunung, membuat pasukan Belanda lebih perkasa.
Sayangnya, pada 25 Oktober 1869, rakyat Banjar tidak mampu lagi menahan laju pasukan Belanda.
Baca juga: Keterkaitan antara Hak Tawan Karang dan Perlawanan Rakyat Bali
Namun, pendukung Ida Made Rai akhirnya menyerah, menyisakan beberapa orang saja.
Pada akhirnya, Ida Made Rai ditangkap ketika bersembunyi di rumah keluarganya di daerah Mengwi.
Penangkapan Ida Made Rai menandai berakhirnya perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda.
Pemerintah Belanda di Batavia memutuskan untuk mengasingkan Ida Made Rai ke Bandung.
Baca juga: Hukum Tawan Karang: Pengertian, Pelaksanaan, dan Penghapusan
Referensi: