KOMPAS.COM - Wilayah Gunung Merapi terkenal memiliki kekuatan mistis.
Bahkan, ada orang-orang yang menyebut terdapat keraton makhluk halus di sekitar Gunung Merapi.
Oleh karena itu, terdapat etika dan pantangan yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat Gunung Merapi.
Penduduk di sekitar Gunung Merapi percaya bahwa jika mereka melanggar pantangan yang ada, dapat terjadi malapetaka.
Baca juga: Sejarah Candi Kethek di Lereng Barat Gunung Lawu
Pantangan-pantangan tersebut biasanya disampaikan kepada warga melalui makhluk utusan Eyang Merapi (leluhur yang telah meninggal dunia) melalui mimpi, sebelum Gunung Merapi meletus.
Berikut ini pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi.
Penduduk Gunung Merapi pantang untuk memakai pakaian berwarna hijau daun melati, apalagi jika mereka sedang mendaki lereng Merapi di luar desa.
Hal itu dikarenakan hijau daun melati merupakan warna kesukaan dari Nyai Gadung Melati dan pasukan makhluk halus Gunung Merapi.
Orang yang menggunakan pakaian dengan warna itu dianggap menyamakan dirinya dengan Nyai Gadung Melati atau pasukannya, sehingga dapat mengakibatkan kemarahan mereka.
Penduduk dilarang untuk menengok dan mendekati puncak Merapi ketika gunung meletus.
Masyarakat mempercayai bahwa lahar, hujan abu, hujan es, dan material lainnya yang dilontarkan dari Gunung Merapi adalah makhluk halus yang tengah bekerja.
Diyakini bahwa makhluk-makhluk halus tersebut akan marah apabila dibicarakan.
Ketika mendaki lereng atas atau puncak Gunung Merapi, masyarakat dilarang untuk marah, mengeluh, berkata kotor, berbuat cabul, atau berniat jahat.
Baca juga: Sejarah Candi Selo Tumpuk di Puncak Gunung Batok
Misalnya, masyarakat tidak diperbolehkan berkata “aku kedinginan”, karena diyakini Eyang Merapi akan mendatangkan hujan deras beserta angin besar.
Penduduk juga tidak diperbolehkan mengeluh, kecuali di dalam hati.