Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantangan-pantangan Masyarakat Gunung Merapi

Kompas.com - 24/02/2024, 08:00 WIB
Endang Mulyani,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Wilayah Gunung Merapi terkenal memiliki kekuatan mistis.

Bahkan, ada orang-orang yang menyebut terdapat keraton makhluk halus di sekitar Gunung Merapi.

Oleh karena itu, terdapat etika dan pantangan yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat Gunung Merapi.

Penduduk di sekitar Gunung Merapi percaya bahwa jika mereka melanggar pantangan yang ada, dapat terjadi malapetaka.

Baca juga: Sejarah Candi Kethek di Lereng Barat Gunung Lawu

Pantangan-pantangan tersebut biasanya disampaikan kepada warga melalui makhluk utusan Eyang Merapi (leluhur yang telah meninggal dunia) melalui mimpi, sebelum Gunung Merapi meletus.

Berikut ini pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi.

Pantang mengenakan pakaian hijau daun melati

Penduduk Gunung Merapi pantang untuk memakai pakaian berwarna hijau daun melati, apalagi jika mereka sedang mendaki lereng Merapi di luar desa.

Hal itu dikarenakan hijau daun melati merupakan warna kesukaan dari Nyai Gadung Melati dan pasukan makhluk halus Gunung Merapi.

Orang yang menggunakan pakaian dengan warna itu dianggap menyamakan dirinya dengan Nyai Gadung Melati atau pasukannya, sehingga dapat mengakibatkan kemarahan mereka.

Pantangan menengok ke arah lahar saat gunung meletus

Penduduk dilarang untuk menengok dan mendekati puncak Merapi ketika gunung meletus.

Masyarakat mempercayai bahwa lahar, hujan abu, hujan es, dan material lainnya yang dilontarkan dari Gunung Merapi adalah makhluk halus yang tengah bekerja.

Diyakini bahwa makhluk-makhluk halus tersebut akan marah apabila dibicarakan.

Pantangan marah, mengeluh, berkata kotor, dan berniat jahat.

Ketika mendaki lereng atas atau puncak Gunung Merapi, masyarakat dilarang untuk marah, mengeluh, berkata kotor, berbuat cabul, atau berniat jahat.

Baca juga: Sejarah Candi Selo Tumpuk di Puncak Gunung Batok

Misalnya, masyarakat tidak diperbolehkan berkata “aku kedinginan”, karena diyakini Eyang Merapi akan mendatangkan hujan deras beserta angin besar.

Penduduk juga tidak diperbolehkan mengeluh, kecuali di dalam hati.

Jika melihat keadaan alam yang menakutkan seperti batu batu besar yang menggelinding dari puncak, penduduk juga dilarang bersuara, kecuali meminta keselamatan.

Patangan melangkahi puncak Merapi

Penduduk dilarang mendaki dari lereng selatan atau utara ketika menuruni Gunung Merapi atau menuju arah sebaliknya.

Misalnya, saat masyarakat tidak boleh mendaki dari Korijaya dan turun ke arah Wukirsari ataupun sebaliknya.

Sebab, hal ini dianggap sebagi penghinaan, sehingga diyakini dapat menimbulkan murka dan pembalasan dendam dari Eyang Merapi.

Hal-hal yang disarankan dalam pendakian adalah mengucapkan permisi karena dipercaya dapat membuat Eyang Merapi merasa senang sehingga akan memberikan keselamatan.

Penduduk biasanya akan mengucapkan permisi sebelum meninggalkan rumah untuk mendaki puncak Gunung Merapi.

Referensi:

  • Triyoga, L. S. (2010). Merapi Dan Orang Jawa : Persepsi Dan Kepercayaannya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com