Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunikan dan Keistimewaan Cakil

Kompas.com - 28/01/2024, 23:16 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

ADEGAN favorit yang selalu saya tunggu-tunggu pada pertunjukan wayang orang, kulit maupun golek adalah perang kembang pada saat tokoh bernama Cakil tampil.

Di tangan mahadalang Ki Nartosabdho maupun kedua tokoh wayang orang Bharata: Dono dan puteranya, Krisna (ketika masih langsing), pesona Cakil memang tiada lawan.

Meski tergolong raksasa, namun Cakil tampil petakilan dengan gaya gesit akrobat campur breakdance plus moonwalk sebagai gerak-gerik lebih menggelikan ketimbang mengerikan.

Di semesta wayang kulit, hanya Cakil yang tampil sebagai sosok raksasa bertubuh kesatria dan kedua bahu dan siku tangan bisa digerak-gerakan ke segenap penjuru seolah tanpa sendi.

Mulut Cakil yang bertaring juga beda dari raksasa pada umumnya karena rahang bawahnya jauh lebih menyeronong maju ke depan ketimbang rahang atas.

Selain itu, warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang.

Hampir dalam setiap lakon, Cakil muncul sendirian, namun juga kerap tampil sebagai komandan gerombolan gergasi bolo dupak yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu.

Sebagai pimpinan bolo dupak, maka hukumnya wajib Cakil tampil konyol untuk pada akhirnya perlaya akibat tertusuk kerisnya sendiri.

Sama halnya dengan para Punakawan, Sumantri, Sukrasana, Dewa Ruci dan Wisanggeni, tokoh Cakil khas Wayang Purwa yang tidak hadir di Mahabharata dan Ramayana.

Tokoh Cakil dilahirkan pada zaman kerajaan Mataram, sekitar tahun 1630 Masehi atau 1552 Saka ditandai dengan candra sengakala yang berbunyi Tangan Yaksa Satataning Janma.

Maka disimpulkan oleh para wayangolog, Cakil diciptakan pada masa pemerintahaan Sultan Seda Krapyak, raja Mataram kedua.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan merupakan tari perang yang indah. Di Surakarta perang ini disebut Perang Kembang, sedangkan di Yogyakarta disebut Perang Begal.

Pada adegan episod itulah biasanya Ki Dalang berkesempatan memamerkan sabetan sebagai ketrampilan virtuos menggerakkan peraga wayang.

Sabetan pada Wayang Kulit, maupun pada para pemeran tokoh Cakil dalam pertunjukan Wayang Orang, dipengaruhi jurus-jurus pencak silat.

Tokoh Cakil juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com