Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Keunikan dan Keistimewaan Cakil

Di tangan mahadalang Ki Nartosabdho maupun kedua tokoh wayang orang Bharata: Dono dan puteranya, Krisna (ketika masih langsing), pesona Cakil memang tiada lawan.

Meski tergolong raksasa, namun Cakil tampil petakilan dengan gaya gesit akrobat campur breakdance plus moonwalk sebagai gerak-gerik lebih menggelikan ketimbang mengerikan.

Di semesta wayang kulit, hanya Cakil yang tampil sebagai sosok raksasa bertubuh kesatria dan kedua bahu dan siku tangan bisa digerak-gerakan ke segenap penjuru seolah tanpa sendi.

Mulut Cakil yang bertaring juga beda dari raksasa pada umumnya karena rahang bawahnya jauh lebih menyeronong maju ke depan ketimbang rahang atas.

Selain itu, warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang.

Hampir dalam setiap lakon, Cakil muncul sendirian, namun juga kerap tampil sebagai komandan gerombolan gergasi bolo dupak yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu.

Sebagai pimpinan bolo dupak, maka hukumnya wajib Cakil tampil konyol untuk pada akhirnya perlaya akibat tertusuk kerisnya sendiri.

Sama halnya dengan para Punakawan, Sumantri, Sukrasana, Dewa Ruci dan Wisanggeni, tokoh Cakil khas Wayang Purwa yang tidak hadir di Mahabharata dan Ramayana.

Tokoh Cakil dilahirkan pada zaman kerajaan Mataram, sekitar tahun 1630 Masehi atau 1552 Saka ditandai dengan candra sengakala yang berbunyi Tangan Yaksa Satataning Janma.

Maka disimpulkan oleh para wayangolog, Cakil diciptakan pada masa pemerintahaan Sultan Seda Krapyak, raja Mataram kedua.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan merupakan tari perang yang indah. Di Surakarta perang ini disebut Perang Kembang, sedangkan di Yogyakarta disebut Perang Begal.

Pada adegan episod itulah biasanya Ki Dalang berkesempatan memamerkan sabetan sebagai ketrampilan virtuos menggerakkan peraga wayang.

Sabetan pada Wayang Kulit, maupun pada para pemeran tokoh Cakil dalam pertunjukan Wayang Orang, dipengaruhi jurus-jurus pencak silat.

Tokoh Cakil juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana.

Namun, pada perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, diciptakan tokoh peraga Wayang Kulit untuk peran Kala Marica. Bentuknya mirip Cakil, tetapi rambutnya terurai, tidak digelung.

Cakil muncul dalam lakon-lakon wayang dengan berbagai nama, antara lain Ditya Kala Gendir Penjalin, Ditya Kala Carang Aking, Kala Klantang Mimis.

Ki Dalang kadang-kadang bahkan menciptakan nama baru bagi satu-satunya raksasa yang bersenjata keris, bukan satu tetapi dua, kadang-kadang tiga, tetapi selalu akhirnya sebagai bolo dupak harus mati konyol tertusuk kerisnya sendiri.

Mungkin akibat gaya penampilan lebih mirip kesatria ketimbang dendawa maka Cakil juga kerap disebut Bambang Cakil.

Segenap sifat karikatural serta patetikal yang melekat pada sang sosok tokoh Perang Kembang favorit saya membuat Cakil menjadi unik dan istimewa di panggung pergelaran seni tari serta seni teater tiada dua di alam mayapada, madyapada maupun marcapada.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/28/231608379/keunikan-dan-keistimewaan-cakil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke