Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Pelopor Berdirinya Indische Partij?

Kompas.com - 22/01/2024, 14:00 WIB
Endang Mulyani,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Indische Partij didirikan pada 25 Desember 1912 dan menjadi partai politik pertama di Indonesia.

Organisasi ini dibentuk untuk menggantikan Indische Bond yang didirikan pada 1898.

Tujuan utama Indische Partij adalah memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang berada dalam penjajahan Belanda.

Organisasi ini tidak membeda-bedakan jenis kelamin, ras, atau kelas, sehingga bahkan dapat diikuti oleh orang-orang dari berbagai suku bangsa, termasuk keturunan Amerika, Indo-Eropa, China, an Arab.

Lantas, siapa saja pelopor berdirinya Indische Partij?

Baca juga: Mengapa Indische Partij Dianggap Radikal oleh Belanda?

Pelopor Indische Partij

Indische Partij didirikan oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Ketiga tokoh itu menyadari keanehan-keanehan yang terjadi di dalam masyarakat kolonial, khususnya kesenjangan antara orang Belanda dan pribumi.

Ernest Douwes Dekker

Ernest Douwes Dekker juga dikenal sebagai Danudirja Setiabudi.

Ia adalah seorang dokter keturunan Indo-Eropa yang lahir pada 8 Oktober 1879, di Pasuruan, Jawa Timur, dan meninggal dunia pada 28 Agustus 1950, di Bandung, Jawa Barat.

Sebagai merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia karena telah berjuang untuk kemerdekaan.

Ia bersekolah di NES Pasuruan untuk sekolah dasar. Ia juga bersekolah di Gymnasium Willem III yang bergengsi di Batavia setelah menempuh pendidikan di HBS di Surabaya.

Baca juga: The Batavia Massacre: Pembantaian Etnis China 1740

Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, ia bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Malang, Jawa Timur. Di sana, ia melihat pelecehan terhadap para pekerja perkebunan dan sering membela mereka.

Ia diasingkan oleh rekan-rekan kerjanya karena tindakannya, tetapi mampu memenangi hati para bawahannya.

Dia dikirim untuk bekerja sebagai buruh di perkebunan tebu Padjarakan di Kraksaan setelah berselisih paham dengan atasannya.

Alokasi air irigasi antara tanaman tebu di perkebunan dan padi yang ditanam oleh para petani adalah titik perselisihan antara dia dan manajemen. Akibatnya, ia kehilangan pekerjaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com