Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Siapa Kita?

Kompas.com - 14/01/2024, 13:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Yamin menemukan dua simbol sekaligus, Gajah Mada sebagai pemersatu Nusantara dengan sumpah palapa. Kakawin-kakawin karya sastra era itu juga digali.

Negara Kertagama dan Sutasoma dijadikan tempat kembali. Pancasila, Bhinneka tunggal Eka, burung garuda, dan semboyan-semboyan perjuangan kembali pada era kerajaan-kerajaan sebelum bangsa Eropa datang menjadi tempat kembali.

Lalu, pertanyaan siapa kita juga terkait erat dengan masa depan, kemana arah perjalanan kita selanjutnya?

Saat ini kita sebagai bangsa di era globalisasi, dengan kecepatan informasi tak terelakkan, kompetisi bebas antarnegara, dan keterbukaan sosial, ekonomi, dan politik. Inilah yang menentukan siapa kita hari ini.

Bagaimana para pemimpin nantinya menentukan sikap, menentukan kebijakan, dan menempatkan diri. Siapa kita sekaligus menyangkut bagaimana menempatkan diri di tengah dunia global saat ini.

Jika kita menjawab realistis dalam kompetisi global pengetahuan dan teknologi kita belum mampu. Saat ini dunia tidak hanya bertanya siapa kita sebagai bangsa, sejarah perjuangan negara, atau nasib umat sendiri.

Tetapi siapa kita adalah pertanyaan siapa manusia secara utuh dengan alam raya maha luas yang mengitari.

Teleskop James Webb diluncurkan pada Desember 2021 untuk menjawab posisi manusia di bumi di antara miliaran matahari dan triliunan planet.

Siapa kita menurut astronomi, astrosifika, astrobiologi, dan ilmu-ilmu interdisipliner mutakhir sedang menempatkan manusia di alam raya tiga belas miliar tahun perkiraannya.

Siapa kita adalah perjalanan bumi, matahari, galaksi dan kumpulan kluster galaksi. Ilmu-illmu itu masih jauh dari bangsa kita.

Soal siapa kita versi manusia, kita belum mampu menjawabnya. Teknologi kita masih level pengguna. Ilmu pengetahaun belum prioritas, masih sibuk soal ekonomi dasar, relasi sosial, dan politik praktis.

Pendidikan kita belum menghasilkan temuan-temuan. Pendidikan masih formalitas. Penelitian kita masih dibatasi banyaknya aturan tahunan.

Administrasi dan birokrasi kita belum memberi kebebasan eksplorasi, eksperimen, dan penemuan. Kita baru sebatas teknologi rekayasa informasi, digital, media sosial, otak-atik pencitraan.

Masih jauh untuk menjawab siapa kita versi ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum bisa menjawab.

Seperti Eropa masa pra-pencerahan, kita baru bisa kembali ke masa lalu. Kita bertanya siapa kita yang sudah dilakukan para pujangga kita.

Serat, kakawin, prasasti, babad dan khazanah peninggalan kita sudah mencatat apa yang sudah dilakukan di masa lalu.

Siapa kita kembali ke Majapahit, Sriwijaya, Ternate, Pasai, Kemerdekaan, Orde Baru, Reformasi, bukan ke masa depan.

Siapa kita sebagai bangsa samar-samar terjawab, siapa kita sebagai manusia masih tak terjangkau, terlalu mewah, dan bukan prioritas saat ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com