Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Pahlawan Nasional yang Berperan dalam Pertempuran Surabaya

Kompas.com - 10/11/2023, 19:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Surabaya.

Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945 adalah puncak dari rangkaian peristiwa di Surabaya, yang dimulai dari 19 September 1945.

Dalam pertempuran ini, para pejuang di Surabaya melawan pasukan Sekutu yang diam-diam hendak mengembalikan Belanda pada posisi penguasa atas Indonesia.

Peristiwa 10 November merupakan peperangan pertama sekaligus yang terbesar, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Sejauh ini, terdapat lima tokoh pertempuran 10 November di Surabaya yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Tokoh-tokoh Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang bergelar Pahlawan Nasional di antaranya Bung Tomo, Moestopo, Gubernur Suryo, HR Muhammad Mangundiprojo, dan KH Hasyim Asy'ari.

Baca juga: Peran Gubernur Suryo dalam Pertempuran Surabaya

Bung Tomo

Bung Tomo atau Sutomo adalah tokoh yang membakar semangat rakyat Surabaya ketika terjadi Pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945.

Ia dikenal sebagai tokoh yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk tidak menyerah terhadap Sekutu, dengan orasinya melalui siaran radio.

Bung Tomo juga memimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya.

Pada November 2008, pemerintah RI menetapkan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan bernomor 041/TK/Tahun 2008.

Moestopo

Moestopo adalah seorang dokter dan pejuang kemerdekaan yang pada akhir Perang Dunia II bertugas mengendalikan kekuatan militer di Surabaya.

Dalam Pertempuran Surabaya, ia berperan mengadang pasukan Inggris sebelum pecah pertempuran.

Baca juga: Moestopo: Peran, Kiprah, dan Perjuangan

Sejak sebelum pendaratan AWS Mallaby di Surabaya pada 25 Oktober 1945, Moestopo telah menyatakan kekhawatirannya.

Moestopo pun benar, pasukan Sekutu di Surabaya terbukti membantu Belanda untuk kembali menduduki Indonesia.

Moestopo dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 66/TK/2007.

Gubernur Suryo

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau dikenal sebagai Gubernur Suryo, adalah gubernur pertama Jawa Timur yang diangkat tidak lama setelah Indonesia merdeka.

Dalam kapasitasnya sebagai gubernur Jawa Timur, Gubernur Suryo sempat berunding dengan pihak Sekutu pada akhir Oktober 1945, tetapi tidak mencapai kesepakatan yang mengikat.

Setelah pemimpin pasukan Sekutu, AWS Mallaby tewas, penggantinya Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945.

Ultimatum itu berisi perintah kepada arek-arek Surabaya agar menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan.

Baca juga: 6 Tokoh Pertempuran Surabaya

Apabila tidak dipatuhi, Sekutu mengancam akan menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara.

Selain itu, semua tokoh dan para pemuda di Surabaya harus menyerahkan diri selambat-lambatnya pada 10 November 1945, pukul 06.00 pagi di tempat yang telah ditentukan.

Mendengar ultimatum tersebut, Gubernur Suryo sebagai pimpinan tertinggi di Jawa Timur, mendeklarasikan bahwa Surabaya harus dipertahankan dan tegas menolak tunduk kepada Sekutu.

Pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB, Gubernur Suryo berpidato melalui Radio Surabaya yang terletak di bekas Gedung NIROM di Jalan Embong Malang No. 87, Surabaya.

Lewat pidatonya yang dikenal dengan judul Komando Keramat Soerjo itu, Gubernur Suryo menyerukan kepada arek-arek Suroboyo untuk melawan pasukan Sekutu demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran di Surabaya dipimpin oleh Gubernur Suryo, yang menyatakan akan melawan Sekutu sampai titik darah penghabisan.

Gubernur Suryo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada November 1964 melalui Keppres No. 294 Tahun 1964.

Baca juga: Latar Belakang Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya

HR Muhammad Mangundiprojo

HR Muhammad Mangundiprojo bertempur melawan pasukan Sekutu di Surabaya bersama Bung Tomo dan para tokoh yang lain.

Ketika itu, ia baru saja diangkat oleh Jenderal Urip Sumoharjo sebagai pimpinan TKR Divisi Jawa Timur.

HR Muhammad sempat berkeliling Surabaya bersama AWS Mallaby untuk memantau gencatan senjata yang diupayakan.

Namun, ketika berusaha menengahi konflik antara pemuda Surabaya dan tentara Inggris di sekitar Jembatan Merah, ia justru disandera.

Tewasnya AWS Mallaby membuat Pertempuran Surabaya memuncak pada 10 November 1945.

HR Muhammad Mangundiprojo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014.

Baca juga: AWS Mallaby, Tokoh Penting di Balik Peristiwa 10 November

KH Hasyim Asy'ari

KH Hasyim Asy'ari merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang menyadari bahwa perjuangan Indonesia belum berakhir meski proklamasi telah dikumandangkan.

Untuk itu, ia menggelar pertemuan dengan beberapa tokoh NU yang melahirkan Resolusi Jihad.

Resolusi Jihad menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk menentukan sikap dan tindakan nyata terhadap usaha asing yang membahayakan kemerdekaan Indonesia, terutama Belanda dan sekutunya.

Resolusi jihad menjadi cambuk bagi para santri dan pejuang Surabaya untuk bertarung melawan penjajah.

Sebelum Pertempuran 10 November meletus, Bung Tomo bahkan mengunjungi KH Hasyim Asy'ari untuk meminta izin membacakan pidatonya yang terinspirasi dari resolusi jihad.

KH Hasyim Asy'ari ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com