Sementara itu, pada Prasasti Panunggalan disebutkan nama tokoh Sang Watuhumalang Mpu Teguh tanpa gelar maharaja, melainkan hanya bergelar haji (raja bawahan).
Adapun menurut Prasasti Telahap, raja Medang bukanlah Rakai Watuhumalang, melainkan Dyah Balitung. Selain itu, disebutkan pula bahwa Rakai Watuhumalang memiliki putra bernama Mpu Daksa.
Menurut analisa dari Poerbatjaraka dan Boechari, Dyah Balitung adalah menantu Rakai Watuhumalang. la naik takhta menggantikan Rakai Watuhumalang setelah menikahi putrinya.
Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambu merupakan salah satu penguasa Kerajaan Medang periode Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaanya sangat luas, mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali.
Ketika masa pemerintahan Dyah Balitung, Istana Medang yang mulanya berada di Mamrati berpindah ke Poh Pitu dan bernama Yawapura.
Pemindahan pusat pemerintahan itu disebabkan karena Istana Mamrati yang mulanya dibangun Rakai Pikatan hancur sewaktu terjadinya perang saudara antara Rakai Kayuwangi dan Rakai Gurunwangi.
Mpu Daksa yang bergelar Sri Maharaja Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya Utunggawijaya merupakan putra dari Rakai Gurunwangi atau cucu dari Rakai Pikatan.
Daksa adalah raja Medang yang berpusat di Poh Pitu. Ia naik tahta sesudah melakukan pemberontakan terhadap Dyah Balitung.
Semasa memberontak, Mpu Daksa menjabat sebagai Rakai Hino.
Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong Sri Sajjana Sanmatanuraga Uttunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Dyah Tulodong.
Ia merupakan raja Kerajaan Medang yang berpusat di Poh Pitu pada periode Jawa Tengah.
Dalam Prasasti Ritihang disebutkan bahwa sebelum menjadi raja, Dyah Tulodong menikahi Rakryan Layang yang merupakan putri dari Mpu Daksa.
Menurut sejarawan Bukhari, disebutkan bahwa Dyah Tulodong turun takhta setelah dikudeta oleh Dyah Wawa dengan dibantu oleh Mpu Sindok.
Dyah Wawa atau Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamotungga merupakan raja terakhir Kerajaan Medang yang berpusat di Poh Pitu pada periode Jawa Tengah.
Baca juga: Pralaya Medang, Serangan yang Meruntuhkan Kerajaan Mataram Kuno
Sebelum diangkat menjadi raja, Dyah Wawa menjabat sebagai Sang Pamgat Momahumah (pegawai pengadilan).
Selain bergelar Rakai Sumba, Prasasti Culanggi disebutkan bahwa Dyah Wawa juga bergelar Rakai Pangkaja.
Kemudian, pada Prasasti Wulakan disebutkan bahwa Dyah Wawa mengaku sebagai anak dari Kryan Landeyan, saudara Rakai Kayuwangi.
Referensi: