Para sejarawan telah lama berspekulasi tentang apa yang sebenarnya menyebabkan kematian Alexander.
Namun, Hall menyatakan bahwa Alexander belum meninggal pada saat orang berpikir ia telah meninggal.
Hall berpendapat bahwa karena paralisis yang dialami Alexander semakin meningkat dan tubuhnya memerlukan oksigen lebih sedikit karena hampir berhenti berfungsi, hal ini membuat pernapasannya menjadi kurang terlihat.
Karena pada zaman kuno, para dokter mengandalkan kehadiran atau ketiadaan napas, bukan denyut nadi untuk menentukan apakah seorang pasien hidup atau mati, Hall percaya bahwa Alexander mungkin telah salah diumumkan meninggal sebelum benar-benar meninggal.
"Saya ingin merangsang debat dan diskusi baru dan mungkin menulis ulang buku sejarah dengan mengklaim bahwa kematian sebenarnya Alexander terjadi enam hari setelah diterima sebelumnya," ujar Hall dalam pernyataan dari University of Otago.
Terakhir, Hall menegaskan bahwa kematian Alexander merupakan kasus pseudothanatos atau diagnosis palsu kematian paling terkenal yang pernah dicatat.
Referensi: