Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kesultanan Demak Menyerang Sunda Kelapa

Kompas.com - 12/10/2023, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kesultanan Demak adalah Kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan pada akhir abad ke-15.

Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Prabu Brawijaya, raja terakhir Kesultanan Majapahit.

Kesultanan Demak berhasil mencapai masa emasnya saat dipimpin oleh Sultan Trenggono periode 1521 hingga 1546.

Dalam sejarahnya, Kesultanan Demak sempat terlibat dalam suatu peperangan, yakni ketika menyerang Sunda Kelapa pada 1526 dan 1527.

Lantas, apa alasan Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa?

Baca juga: Sunda Kelapa, Pelabuhan Penanda Indonesia Negara Maritim

Khawatir akan ekspansi Portugis ke Demak

Pada 1526 dan 1527, Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa yang pada saat itu dikuasai Kesultanan Pajajaran dengan corak Hindu-Buddha.

Faktor sosial budaya yang melatarbelakangi terjadinya serangan Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa yaitu kekhawatiran Kesultanan Demak akan ekspansi Portugis ke wilayah-wilayah di Kesultanan Demak.

Pada saat itu, Kerajaan Sunda telah melakukan kerja sama dengan pihak Portugis. Tujuannya adalah untuk melegitimasi kekuasaannya di Sunda Kelapa dari kekuatan politik Islam di wilayah Jawa atau Mataram.

Namun, panglima pasukan Kerajaan Demak, yaitu Fatahillah, menilai kehadian Portugis di Sunda Kelapa merupakan ancaman bagi seluruh wilayah di Nusantara, khususnya Jawa.

Fatahillah kemudian pergi ke Demak dan mengabdikan dirinya kepada Raja Demak Sultan Trenggono.

Sultan Trenggono pun menyambut baik kedatangan Fatahillah. Ia dipercaya untuk memimpin ratusan prajurit untuk mengislamkan Sunda dan merebut Sunda Kelapa dari Portugis.

Fatahillah diperkirakan membawa 20 kapal yang mengangkut sekitar 1.500 pasukan di bawah komandonya.

Ekspedisi dimulai pada 1526 dan berakhir pada 22 Juni 1527, setelah pasukannya berhasil mengalahkan Portugis dan menguasai Sunda Kelapa.

Setelah mengusir Portugis, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

Penaklukkan Fatahillah atas Portugis pada 22 Juni 1527 kemudian diperingati sebagai hari jadi Jakarta.

 

Referensi:

  • Ali, Rahmat. (1995). Fatahillah Pahlawan Kota Jakarta. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com