Tradisi carok masih ada sampai sekarang, meski tidak sesering pada zaman dulu.
Banyak yang beranggapan carok termasuk budaya Madura yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun, carok sebenarnya baru muncul pada sekitar abad ke-18 dan terjadi akibat adu domba bangsa Belanda terhadap orang Madura.
Baca juga: Tradisi Tiban, Ritual Menurunkan Hujan
Pada saat itu, orang-orang Madura di Jawa Timur di perkebunan tebu mulai berani melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Oleh Belanda, orang-orang Madura yang bersenjata celurit, diadu dengan blater (jagoan), pribumi kaki tangan Belanda.
Celurit digunakan sebagai simbol perlawanan rakyat Madura terhadap penjajah Belanda.
Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.
Upaya Belanda pun berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filosofi hidupnya, bahwa bila ada persoalan, terutama yang menyangkut harga diri, akan diselesaikan dengan jalan carok.
Setelah sekian tahun Belanda meninggalkan Indonesia, carok masih menjadi tradisi yang "dilestarikan" sebagian masyarakat Madura.
Referensi: