Selain itu, Supriyadi dkk juga tidak tahan melihat sikap arogan dan sombong para tentara Jepang.
Para tentara Jepang pun diketahui kerap melecehkan perempuan-perempuan Indonesia.
Kekejian inilah yang kemudian melatarbelakangi Pemberontakan PETA di Blitar.
Pada 1944 hingga 1945, para pemuda Indonesia yang tergabung di PETA sudah mengetahui bahwa Jepang semakin tersudut dalam Perang Pasifik melawan Sekutu.
Oleh karena itu, mereka menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia sudah di depan mata.
Para prajurit PETA lantas menginisiasi gerakan untuk menyerang Jepang dan merebut kemerdekaan Indonesia.
Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia pun menjadi tujuan dari Pemberontakan PETA di Blitar.
Supriyadi juga menegaskan bahwa tujuan perlawanan PETA terhadap Jepang adalah untuk merebut kemerdekaan.
Untuk membakar semangat kemerdekaan tentara PETA, salah seorang pemimpin PETA Blitar, Shodanco Suparjono, kemudian kerap mengajak bawahannya untuk menyanyikan Indonesia Raya dan Di Timur Matahari.
Pada hari pemberontakan, Shodanco Partoharjono mengibarkan bendera Merah Putih di sebuah lapangan besar.
Selain itu, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”.
Referensi: