Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan PETA di Blitar

Meski akhirnya gagal, perlawanan yang dipimpin Shodancho Supriyadi ini sempat membuat pasukan militer Jepang di Blitar kalang kabut.

Lewat Pemberontakan PETA Blitar, para pemuda menegaskan bahwa Indonesia tidak bisa menerima penjajahan Jepang.

Prajurit PETA Blitar yang dipimpin Supriyadi berhasil membunuh sejumlah tentara Jepang serta merampas logistik serta senjata.

Apa latar belakang dan tujuan pemberontakan PETA di Blitar?

Latar belakang pemberontakan PETA Blitar

Pemberontakan PETA di Blitar dilatarbelakangi rasa prihatin para pemuda melihat kesengsaraan rakyat Indonesia akibat pendudukan Jepang.

Jepang yang awalnya datang mencari simpati rakyat Indonesia dengan memberi janji kemerdekaan, justru berlaku sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyat pribumi.

Rakyat Indonesia dipaksa menjalani romusha atau kerja paksa demi kepentingan Jepang.

Tentara PETA disebut pernah ditugaskan mengawasi pekerjaan romusha di Pantai Selatan Jawa. Dari sanalah, mereka menyaksikan secara langsung siksaan berat yang dialami para pekerja romusha.

Para pekerja romusha dipaksa bekerja berat sejak dini hari hingga sore, tanpa diberi makan ataupun upah.

Makanan dan bantuan kesehatan yang mereka dapatkan juga sangat minim sehingga separuh dari romusha jatuh sakit dan meninggal dalam waktu singkat.

Pada akhir 1944, jumlah penduduk laki-laki di desa-desa sekitar Blitar berkurang sehingga sebagai gantinya dikerahkan romusha perempuan.

Para perempuan pun mengalami penyiksaan dan menjadi korban. Jumlah korban romusha perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Selain itu, para prajurit PETA Blitar juga melihat kenyataan rakyat yang kelaparan karena diperas oleh Jepang.

Disebutkan bahwa pada suatu sore seusai latihan militer, anggota Daidan Blitar mendengar jeritan para petani yang dipaksa menjual padi melebihi jatah yang ditentukan kepada kumiai (lembaga ekonomi semacam koperasi bentukan Jepang).

Selain itu, Supriyadi dkk juga tidak tahan melihat sikap arogan dan sombong para tentara Jepang.

Para tentara Jepang pun diketahui kerap melecehkan perempuan-perempuan Indonesia.

Kekejian inilah yang kemudian melatarbelakangi Pemberontakan PETA di Blitar.

Tujuan Pemberontakan PETA di Blitar

Pada 1944 hingga 1945, para pemuda Indonesia yang tergabung di PETA sudah mengetahui bahwa Jepang semakin tersudut dalam Perang Pasifik melawan Sekutu.

Oleh karena itu, mereka menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia sudah di depan mata.

Para prajurit PETA lantas menginisiasi gerakan untuk menyerang Jepang dan merebut kemerdekaan Indonesia.

Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia pun menjadi tujuan dari Pemberontakan PETA di Blitar.

Supriyadi juga menegaskan bahwa tujuan perlawanan PETA terhadap Jepang adalah untuk merebut kemerdekaan.

Untuk membakar semangat kemerdekaan tentara PETA, salah seorang pemimpin PETA Blitar, Shodanco Suparjono, kemudian kerap mengajak bawahannya untuk menyanyikan Indonesia Raya dan Di Timur Matahari.

Pada hari pemberontakan, Shodanco Partoharjono mengibarkan bendera Merah Putih di sebuah lapangan besar.

Selain itu, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”.

Referensi:

  • Wardaya, F. X. B. T. (2008). Mencari Supriyadi: kesaksian pembantu utama Bung Karno. Indonesia: Galangpress
  • https://munasprok.go.id/Web/baca/112, diakses pada 12 Agustus 2023.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/14/080000479/latar-belakang-dan-tujuan-pemberontakan-peta-di-blitar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke