Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengkon dan Karta, Dua Petani yang Dituduh Merampok dan Membunuh

Kompas.com - 02/08/2023, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Lalu, pada pukul 12.00, mereka pergi ke rumah E dengan membawa golok dan senter.

Di rumah E yang terletak di Kampung Cakung Payangan Pondok Gede ini mereka kembali berunding sampai malam hari.

Setelah diskusi panjang, mereka segera menuju ke rumah Sulaeman. Sesampainya di sana, Gunel segera menyusun siasat, ia bersama S akan masuk ke rumah, sedangkan W dan N berjaga di pintu luar.

Gunel dan S mencongkel pintu belakang rumah Sulaeman-Siti Haya dan segera masuk ke dalam menuju ke kamar Sulaeman.

Namun, begitu masuk, Gunel dan S dikagetkan dengan Sulaeman-Siti Haya yang ternyata sudah bangun.

Tanpa berlama-lama, Gunel segera memukul dan membacok tubuh Sulaeman dan istrinya secara bertubi-tubi.

Menurut gambaran jaksa saat itu, tubuh Sulaeman dan Siti Haya dipenuhi dengan luka dan memar.

Berdasarkan hasil visum, Sulaeman mengalami luka memar di 15 tempat, sedangkan Siti Haya 12 tempat.

Salah satu luka serius yang dialami Sulaeman berupa putusnya pergelangan tangan.

Perbuatan para tertuduh, menurut jaksa, telah melanggar Pasal 55 Jo 340 jo 486 KUHP (Pembunuhan Berencana), Pasal 50 jo 338 jo 386 KUHP (pembunuhan dengan sengaja), Pasal 55 jo 486 KUHP (menganiaya berat hingga korban tewas) dan Pasal 55 jo 365 KUHP (pencurian dengan kekerasan sampai mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain).

Dalam kasus ini, kalung emas dan uang kontan sebesar Rp 20.000 diambil oleh para pelaku.

Baca juga: Tragedi Cikini 1957, Upaya Pembunuhan Soekarno

Perdebatan tudingan terhadap Sengkon dan Karta

Saksi Ustadz Siradjuddin tetap yakin bahwa yang merampok serta membunuh Sulaeman-Siti Haya adalah Sengkon dan Karta.

Pada waktu kejadian, dini hari, seorang tetangga bernama Pii datang kepadanya dan melaporkan ada perampokan di rumah Sulaeman.

Siradjuddin pun segera bergegas menuju ke rumah Sulaeman. Sesampainya di sana, Siradjuddin melihat Sulaeman dan Siti Haya sudah bersimbah darah.

Tidak lama kemudian, ambulans datang. Menurut penuturan Ustadz Siradjuddin, ambulans yang datang berupa mobil jeep.

Masih menurut keterangan Siradjuddin, ia mengatakan bahwa Sulaeman dibawa dengan mobil ambulans jeep dengan cara didudukkan setengah tiduran.

Namun, penuturan saksi lain, yaitu Jatun berbeda.

Jatun yang masih saudara ipar Sulaeman ikut mengantarkan ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Menurut keterangannya, Sulaeman saat itu diangkut dengan mobil yang diberi alas kasur, di mana kasur tersebut adalah milik Sulaeman.

Untuk meyakinkan bahwa korban tidak diangkut sambil duduk, saksi Jatun menyebutkan bahwa Sulaeman minta didudukkan karena pegal ketika mereka masih berada di daerah kampung Rawa Lele.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com