Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspedisi Snellius, Upaya Penelitian Kelautan Indonesia

Kompas.com - 27/07/2023, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Setelah setahun lebih berlayar, akhirnya Snellius kembali ke Surabaya pada 15 November 1930.

Ekspedisi yang dipimpin oleh P.M. van Riel ini telah meneliti sejumlah lubuk dan palung, yang mencakup struktur dan gerakan massa air, dan menetapkan Palung Banda sebagai palung terdalam di perairan Nusantara.

Palung yang mencapai kedalaman 7,2 kilometer ini kemudian oleh sejumlah ilmuwan disebut dapat berpotensi menyebabkan tsunami besar.

Hasil ekspedisi

Salah satu hasil penting dari ekspedisi ini adalah para peneliti berhasil memetakan lubuk dan palung lebih spesifik.

Di dalam catatan mereka, penampang lubuk rata-rata berbentuk “U”, sementara penampang palung menyerupai huruf “V”.

Berdasarkan dari catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selain berhasil memetakan lubuk dan palung, Ekspedisi Snellius juga berhasil menyajikan peta-peta batimetri atau kedalaman laut termasuk karakteristik sedimennya.

Keberhasilan Ekspedisi Snellius ini sejalan dengan visi Luymes selaku penggagas.

Pasalnya, Luymes pernah menyatakan bahwa ekspedisi tersebut dilakukan sebagai penegasan klaim bahwa Hindia Belanda bukan hanya negara tropis, tetapi juga yang paling maju secara ilmiah.

Baca juga: Alasan Demak Mengirimkan Ekspedisi Militer ke Banten

Ekspedisi Snellius II

Sekitar setengah abad setelah Ekspedisi Snellius dilakukan, pemerintah Belanda dan Indonesia saling bekerja sama untuk meneliti kembali perairan timur Nusantara.

Gagasan ini disampaikan oleh UNESCO Division of Marine Science, dengan pertimbangan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern, penelitian laut pun kemungkinan akan menghasilkan temuan-temuan yang lebih beraneka ragam.

Indonesia diwakili oleh LIPI, sedangkan Belanda diwakili oleh Netherlands Council for Oceanic Research, yang berada di bawah naungan Netherlands Organization for the Advancement of Science.

Dalam kerja sama ini, disepakati bahwa ekspedisi terdiri dari lima tema penelitian, yakni geologi dan geofisika, ventilasi lubuk-lubuk laut dalam, sistem pelagis, terumbu karang, dan dampak sungai terhadap lingkungan laut.

Dalam Ekspedisi Snellius II lima kapal akan digunakan, dengan nama sebagai berikut:

  1. Tyro (Institut Penelitian Laut Kerajaan Belanda)
  2. Samudera (LIPI)
  3. Jalanidhi (TNI-AL)
  4. Tenggiri (Balai Penelitian Perikanan Laut)
  5. Hatiga (Pusat Penelitian Geologi Laut)

Ekspedisi Snellius II dilaksanakan sejak Juni 1984 hingga Oktober 1985, dan menghasilkan sejumlah pengetahuan baru. Di antaranya aspek geologi dan geofisika.

Setelah Ekspedisi Snellius II berakhir, beberapa ekspedisi serupa mulai dilakukan di kawasan timur Indonesia, seperti:

  • Ekspedisi Hahuko Maru (1986)
  • Ekspedisi IASSHA (2001)
  • Ekspedisi Bandamin I dan Ekspedisi Indonesia-Japan Deepsea Java Expedition (2002)
  • Ekspedisi Bandamin II (2003)
  • Ekspedisi Laut Banda (2005)

 

Referensi:

  • Shaadily, Hassan. (1990). Ensiklopedia Indonesia Jilid 3. Jakarta: Ichtiar Baru dan Van Hoeve.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com