Setibanya di Najd, Rasulullah dan pasukannya mendirikan perkemahan.
Takut dengan pasukan Rasulullah, suku-suku di Najd yang berkhianat melarikan diri ke perbukitan, meninggalkan istri, anak, dan harta mereka.
Konon, Allah yang mengirim rasa gentar dan takut ke dalam diri mereka.
Ketika tiba waktu salat, umat Islam khawatir musuh masih datang menyerang.
Maka Rasulullah melaksanakan salat khauf, sebelum akhirnya kembali ke Madinah tanpa terlibat kontak senjata karena musuhnya melarikan diri.
Baca juga: Siapa yang Mengusulkan Membuat Parit pada Perang Khandaq?
Terkait penamaan Perang Dzatur Riqa, para ulama juga memiliki beragam pendapat.
Salah satu pendapat di balik penamaannya didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Bukhari.
"Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari ra, ‘Kami pergi bersama Nabi SAW dalam suatu peperangan. Saat itu kami berenam menunggangi satu ekor unta secara bergantian. Banyak luka pada telapak kaki kami, juga pada kedua telapak kakiku. Bahkan, kuku-kuku kakiku patah. Kami membalut kaki-kaki kami yang terluka dengan sobekan kain. Dengan alasan inilah peperangan itu disebut Dzatur Riqa (yang memiliki banyak sobekan kain), sebab kami balutkan sobekan kain pada kaki-kaki kami.” (HR al-Bukhari)
Pendapat lain menyatakan bahwa Dzatur Riqa adalah nama pohon tempat Rasulullah dan pasukannya beristirahat dalam perjalanan pulang ke Madinah dari Najd.
Di tempat ini, ada orang musyrik yang mengambil pedang Rasulullah yang sedang tidur dan hendak membunuhnya.
Berkat penjagaan dan perlindungan Allah, Nabi pun selamat.
Referensi: