KOMPAS.com - Perang Hamra Al-Asad merupakan salah satu pertempuran yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad.
Kendati demikian, ada pula sejarawan yang tidak menggolongkannya sebagai perang karena dalam peristiwa ini tidak terjadi konfrontasi senjata secara langsung.
Perang Hamra Al-Asad terjadi pada tahun 3 Hijriah (625 Masehi), tepat setelah Perang Uhud antara umat Muslim dengan kaum kafir Quraisy.
Dalam perang ini, Nabi Muhammad ingin melemahkan mental musuh yang baru saja mengalahkan pasukan Islam dalam Perang Uhud.
Berikut sejarah Perang Hamra Al-Asad.
Baca juga: Pahlawan-Pahlawan Wanita dalam Perang Uhud
Perang Uhud terjadi di Gunung Uhud, sekitar 5 kilometer di sebelah utara Kota Madinah.
Dalam perang ini, umat Islam menderita kekalahan dari kaum kafir Quraisy Mekkah.
Meski unggul, pemimpin pasukan kafir Quraisy yang bernama Abu Sufyan tidak puas karena gagal membunuh Nabi Muhammad.
Perkataan Abu Sufyan dalam perjalanannya kembali ke Mekkah itu sampai kepada Rasulullah melalui mata-matanya.
Rasulullah segera menyusun strategi agar kaum kafir Quraisy tidak melancarkan serangan kembali dan membahayakan umat Muslim di Madinah.
Rasulullah menyeru kepada para sahabat yang masih kelelahan setelah berperang dalam Perang Uhud, untuk pergi ke Hamra Al-Asad yang terletak sekitar 13 mil dari Madinah.
Baca juga: Penyebab Perang Uhud
Kepergian Rasulullah untuk mengejar kaum kafir Quraisy dalam perjalanan kembali ke Mekkah memiliki beberapa tujuan penting, yaitu:
Seruan Rasulullah untuk pergi ke Hamra Al-Asad pun disambut dengan semangat oleh pasukan Muslim yang masih dalam keadaan lelah bahkan terluka.
Sesampainya di Hamra Al-Asad dan dekat dengan pasukan musuh, Rasulullah memerintahkan pasukan Muslim untuk bermukim selama tiga hari.
Baca juga: Siapa Pemimpin Kaum Munafik pada Perang Uhud?
Untuk menantang dan menakut-nakuti pasukan musuh, Rasulullah memerintahkan agar pasukannya menyalakan lima ratus api dalam waktu bersamaan.