Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Situs Karangkamulyan di Ciamis

Kompas.com - 29/05/2023, 17:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Situs Karangkamulyan terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Situs ini mencakup area hutan yang sangat luas, yakni mencapai 25,5 hektare.

Para ahli sejarah meyakini bahwa Situs Karangkamulyan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Galuh, yang berdiri antara abad ke-7 hingga abad ke-16.

Baca juga: Situs Pataan, Lokasi Pelarian Prabu Airlangga

Sejarah Situs Karangkamulyan

Melansir situs resmi Direktori Pariwisata Kemenparekraf, tidak diketahui kapan Situs Karangkamulyan pertama kali ditemukan.

Masyarakat setempat menyebut bahwa situs ini sering dikunjungi sejak tahun 1700-an, untuk berbagai keperluan.

Kendati demikian, hingga 1914, Situs Karangkamulyan belum juga disebut dalam inventarisasi benda-benda purbakala yang disusun oleh NJ Krom.

Latar belakang Situs Karangkamulyan dikaitkan dengan Legenda Ciung Wanara, cerita rakyat Sunda yang sangat terkenal di Jawa Barat.

Konon, Prabu Adimulya Permanadikusuma ketika memerintah Kerajaan Galuh berkehendak untuk menjalani hidup sebagai petapa. Karena itu, ia menyerahkan takhta kerajaan kepada Prabu Bondan Sarati.

Baca juga: Situs Liyangan, Bekas Permukiman Masyarakat Mataram Kuno

Prabu Adimulya Permanadikusuma kemudian memulai kehidupan baru sebagai petapa bernama Pandita Ajar Sukaresi.

Namun, di bawah pemerintahan Prabu Bondan Sarati, rakyat Galuh sangat menderita. Raja juga diam-diam berniat melenyapkan Pandita Ajar Sukaresi.

Kebencian raja semakin dalam ketika Pandita Ajar Sukaresi semakin sakti dan terkenal di berbagai daerah.

Dengan dalih ingin mengetahui kesaktiannya, raja meminta Pandita Ajar Sukaresi menebak isi kandungan istrinya, Dewi Naganingrum, yang sebenarnya tidak hamil.

Meski tahu istrinya tidak hamil, Pandita Ajar Sukaresi mengatakan bahwa istrinya sedang mengandung bayi laki-laki yang kelak akan menyaingi Bondan Sarati.

Mendengar hal itu, Bondan Sarati gusar, sehingga memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Pandita Ajar Sukaresi.

Karena upaya membunuh Pandita Ajar Sukaresi selalu gagal, Dewi Naganingrum yang perutnya semakin membesar akhirnya diasingkan ke hutan.

Baca juga: Candi Cibuaya, Situs yang Disucikan Sejak Akhir Masa Praaksara

Raja berpesan kepada Paman Lengser, apabila Dewi Naganingrum melahirkan bayi laki-laki, maka anak tersebut harus dibunuh.

Ketika Dewi Naganingrum benar-benar melairkan bayi laki-laki, Paman Lengser tidak tega membunuhnya.

Ia memilih memasukkan bayi itu ke dalam peti dengan dibekali telur dan keris kemudian dihanyutkan di Sungai Citanduy.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com