Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Ketupat, Ciri Khas Saat Lebaran

Kompas.com - 05/04/2023, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketupat adalah salah satu makanan yang menjadi ciri khas saat Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri tiba.

Bahkan, ada pula beberapa keluarga yang memilih untuk membuat ketupatnya sendiri.

Lantas, mengapa ketupat menjadi ciri khas Idul Fitri? Bagaimana sejarahnya?

Baca juga: Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa

Asal-usul ketupat

Menurut catatan sejarah, ketupat sudah ada sejak masa hidup Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.

Sebab, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang sudah bercampur dengan nilai keislaman.

Sunan Kalijaga mencampurkan pengaruh budaya Hindu dengan nilai keislaman, sehingga terjadilah akulturasi kebudayaan atau percampuran budaya.

Namun, kemungkinan ketupat juga sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Nusantara.

Memang ketupat tidak tertulis pada prasasti mana pun, tetapi ada tanda bahwa makanan dari beras yang dibungkus dengan nyiur sudah dilakukan masyarakat di Nusantara sebelum masa pra-Islam.

Lalu, pada zaman pra-Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat.

Ketupat disebut sebagai kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, yang artinya ngaku lepat atau mengakui kesalahan.

Selain itu, simbol lain dari ketupat adalah laku papat (empat laku) yang juga melambangkan empat sisi dari ketupat.

Lebih lanjut, makanan ketupat ternyata tidak hanya ditemukan di Indonesia, melainkan juga ditemukan di kawasan Asia Tenggara lainnya, khususnya negara yang penduduknya berada di Suku Melayu.

Di negara-negara tersebut, ketupat juga dijadikan sebagai salah satu sajian Hari Raya Idul Fitri.

Sementara itu, janur yang digunakan untuk membungkus ketupat kemungkinan bertujuan untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Kemudian, warna kuning pada janur dimaknai sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dengan merah dari Asia Timur.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Idul Adha

Empat sisi ketupat

Ketupat memiliki empat sisi yang masing-masing mengandung makna tersendiri, yaitu:

  1. Lebaran: satu sisi ketupat ini bermakna lebaran yang berasal dari kata dasar lebar, yang berarti pintu ampun terbuka lebar untuk orang lain.
  2. Luberan: sisi kedua ketupat bermakna luberan yang berasal dari kata dasar luber, artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.
  3. Leburan: sisi ketiga ketupat yang berasal dari kata lebur, berarti melebur dosa yang sudah dilalui selama satu tahun.
  4. Laburan: sisi terakhir atau keempat adalah laburan, kata lain dari kapur, yang artinya menyucikan diri atau putih kembali bak bayi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com