Ketika Nabi Muhammad wafat pada 632, ayat Al Quran telah terpelihara dalam hafalan dan catatan para sahabat.
Setelah itu, ditindaklanjuti kodifikasi periode kedua pada masa Khalifah Abu Bakar.
Salah satu hal yang melatarbelakangi kodifikasi Al Quran pada masa Abu Bakar adalah banyaknya penghafal Al Quran yang gugur dalam Perang Yamamah (632).
Mengetahui hal itu, Umar bin Khattab khawatir akan punahnya Al Quran apabila tidak segera dibukukan.
Umar bin Khattab menyampaikan kekhawatirannya kepada Khalifah Abu Bakar.
Abu Bakar kemudian menindaklanjutinya dengan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun (menulis) Al Quran dalam satu mushaf.
Baca juga: Apa Perbedaan Suhuf dan Mushaf?
Zaid bin Tsabit segera melaksanakannya dengan mengumpulkan ayat-ayat Al Quran yang tertulis di pelepah kurma, lempengan batu, hingga dari hafalan orang-orang penghafal Al Quran.
Setelah melalui proses yang amat panjang, jadilah mushaf di tangan Abu Bakar, yang kemudian pindah ke tangan Umar bin Khattab, dan setelah itu berpindah tangan ke Hafshah binti Umar.
Kodifikasi terakhir dilakukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan.
Kodifikasi mushaf Al Quran yang dilakukan oleh Khalifah Utsman bin Affan dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran.
Hal itu terjadi karena Islam semakin menyebar ke berbagai penjuru dan di setiap daerah terdapat imam pengajar yang saling menyatakan bacaannya yang benar.
Perbedaan yang menimbulkan perselisihan itu diketahui oleh Hudzaifah bin Yaman, yang turut serta dalam misi penaklukkan Armenia dan Azerbaijan.
Baca juga: Utsman bin Affan, Khulafaur Rasyidin Pemilik Dua Cahaya
Setelah mendapat laporan dari Hudzaifah bin Yaman, Khalifah Utsman meminjam mushaf yang dibawa oleh Hafshah binti Umar.
Utsman kemudian membentuk tim pembukuan Al Quran yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
Mereka diminta menduplikasi mushaf yang asli menjadi beberapa mushaf agar tidak terjadi lagi perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran.
Mushaf-mushaf yang selesai ditulis dikenal sebagai Mushaf Utsmani dan dikirimkan ke seluruh pelosok wilayah Islam.
Setelah itu, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan agar versi lain yang beredar sebelum terbit Al Quran Mushaf Utsmani dibakar, supaya tidak ada perbedaan lagi yang membingungkan dan dapat menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam.
Hingga saat ini, Al Quran yang dibaca oleh umat Islam di seluruh dunia merupakan Al Quran dengan Mushaf Utsmani.
Referensi: