Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perkembangan Trem Sejak Masa Hindia Belanda hingga Sekarang

Kompas.com - 17/11/2022, 18:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

Namun, setelah lebih dari 50 tahun beroperasi, trem listrik pada akhirnya juga dihapuskan di Jakarta sekitar tahun 1960-an.

Sebab, trem listrik dianggap tidak sesuai dengan kondisi kota di Jakarta yang saat itu sudah mulai ramai.

Keberadaan trem listrik pun diganti oleh bus dengan alasan kondisi jalan raya di Jakarta sudah jauh lebih baik dengan adanya aspal.

Baca juga: Mengapa Trem Dianggap sebagai Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan?

Surabaya

Selain di Jakarta, trem juga sempat populer di Surabaya, Jawa Timur.

Trem di Surabaya mulai beroperasi di kota itu sekitar abad ke-19, yang dinaungi oleh Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS), perusahaan pengelola trem.

Pada 1889, trem di Surabaya mulai dioperasikan dengan melewati tiga jalur, yaitu Ujung Sepanjang, Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo.

Lebih lanjut, sekitar tahun 1913-1916, jalur di bagian sisi barat pusat kota mulai dibuka.

Trem pun terus mengalami perkembangan bersamaan dengan transportasi lain, termasuk bus.

Pada masa Hindia Belanda, trem cukup membawa keuntungan bagi masyarakat.

Diketahui pada 1927, sekitar 11,4 juta orang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta orang lainnya menggunakan trem uap.

Sayangnya, dengan munculnya transportasi lain seperti bus, mobil, dan taksi keberadaan trem mulai tidak terlihat.

Bahkan, sempat diberlakukan pembagian kelas sesuai harga tiket untuk bisa menaiki trem.

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambil alih trem dan kereta api.

Djawatan Kereta Api kemudian membagi penumpang ke dalam dua kategori, yakni kelas I seharga 15 sen dan kelas II seharga 10 sen.

Ironisnya, keadaan ini justru membuat trem semakin mengalami kemunduran.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com