Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Bung Tomo, Pembakar Semangat Arek-Arek Suroboyo

Kompas.com - 27/08/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Saat itu, nama Bung Tomo atau Sutomo belum begitu terkenal. Ia hanya dikenal sebagai seorang yang tergabung dapa pergerakan rakyat.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Bung Tomo turut serta dalam pengepungan gudang mesio Don-Bosco milik Jepang.

Usaha tersebut berhasil dan para pejuang mampu menguasai dan merebut senjata miliki tentara Jepang.

Baca juga: Tokoh Pemuda yang Merobek Bendera Belanda di Surabaya

Kemudian, pada Oktober dan November 1945, Bung Tomo berupaya membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo.

Keadaan yang memanas setelah penyerangan Hotel Yamato pada 27 Oktober 1945 dan tewasnya Mallaby, membuat kota Surabaya dalam keadaan berbahaya.

Pascatewasnya Mallaby, rakyat Surabaya mendapat ultimatum untuk segera menyerahkan senjata kepada pihak Sekutu yang saat itu diwakili oleh Inggris.

Ultimatum tersebut dibalas Bung Tomo dengan seruan yang membakar semangat arek-arek Suroboyo.

Melalui siaran radio, Bung Tomo dengan semangat berapi-api mengajak rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Adapun kutipan dari orasi Bung Tomo melalui siaran radio adalah sebagai berikut ini:

"Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau Mati!".

Hingga akhirnya, pada 10 November 1945, pecahlah perang antara rakyat Surabaya dengan tentara Inggris.

Baca juga: Kronologi Pertempuran Surabaya

Akhir Hayat Bung Tomo

Setelah era revolusi fisik atau perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Bung Tomo sempat terjun ke dunia politik.

Ia menjadi menteri di Kabinet Burhanudin, yakni Dwikora I dan Dwikora II.

Hingga akhirnya, Bung Tomo meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, pada 7 Oktober 1981.

Bung Tomo meninggal di Mekkah ketika ia sedang melaksanakan ibadah haji.

 

Referensi:

  • Taufiq, Fery. (2020). Pekik Takbir Bung Tomo: Perjalanan Hidup, Kisah Cinta, dan Perjuangannya. Yogyakarta: Penerbit Araska.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com