Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Trem di Indonesia Hilang?

Kompas.com - 24/07/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Trem adalah tranportasi yang sempat populer di era kolonial, mulai beroperasi tahun 1869 di Batavia dan 1889 di Surabaya.

Setelah beroperasi, trem berkembang dari trem tenaga kuda, menjadi trem uap dan trem listrik.

Pada masa itu, kehadiran trem memberikan cukup banyak manfaat bagi rakyat Indonesia, bahkan para serikat buruh banyak yang bergantung pada tranportasi ini.

Akan tetapi, pada akhirnya trem dihilangkan di Indonesia, tepatnya tahun 1962 di Jakarta dan tahun 1970-an di Surabaya.

Baca juga: Trem, Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan Nasional

Buruknya pengelolaan trem

Meskipun trem sempat marak digunakan oleh rakyat Indonesia, khususnya di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1869, rupanya transportasi ini pada akhirnya dihilangkan.

Keputusan menghilangkan trem di Indonesia didasari oleh buruknya manajemen pengelolaan trem pada saat itu.

Selain itu, pasokan listrik juga kerap mengalami hambatan sehingga trem sering tiba-tiba mogok.

Pada akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan untuk menghapus trem, karena menurutnya trem sudah tidak lagi sesuai dengan citra kota yang modern pada saat itu.

Trem pun resmi dihapuskan di Jakarta pada 1962, dan di Surabaya pada 1970-an.

Penggunaan trem kuda

Pada 1869, diciptakan trem yang menggunakan tenaga sekitar 4 ekor kuda untuk mengoperasikan transportasi ini.

Setiap hari, tiga sampai empat kuda menarik gerbong-gerbong berkapasitas 40 orang untuk mengantarkan para penumpang ke tempat tujuan.

Masing-masing mulut dari kuda tersebut dipasangi sebuah besi melintang yang kedua ujungnya dihubungkan dengan tali kendali, sehingga sempat muncul istilah “zaman kuda gigit besi.”

Akan tetapi, rute panjang yang harus ditempuh oleh kuda setiap harinya membuat banyak kuda penarik trem ini merasa kelelahan.

Selain itu, pemerintah kota juga merasa kewalahan karena kuda-kuda ini kerap buang air besar dan kecil di jalan-jalan yang dilalui.

Berdasarkan catatan yang ada, sedikitnya ada 545 kuda mati akibat kelelahan pada 1872.

Oleh sebab itu, keberadaan trem bertenaga kuda digantikan oleh trem uap tahun 1881.

Baca juga: Sejarah Trem di Surabaya dan Dampaknya

Penggantian trem uap

Dengan adanya teknologi yang lebih modern, pemerintah membentuk trem dengan bahan dasar uap untuk menggerakkannya.

Lewat teknologi ini, jam operasional trem memang berlangsung jauh lebih lama, yaitu dari pukl 6 pagi sampai 7 malam.

Kendati begitu, pengoperasian trem uap ini tentu tetap tidak terlepas dari adanya masalah, salah satunya adalah banyaknya kecelakaan yang terjadi.

Kemudian, trem uap juga sering mogok karena kehabisan tenaga uap di tengah jalan, terutama di rute-rute yang jalannya agak menaik.

Bersamaan dengan itu, mulai bermunculan pula lokomotif yang memiliki mesin penghasil uap sendiri, sehingga trem uap mulai tersingkirkan setelah 20 tahun beroperasi.

Baca juga: Sejarah Perkembangan Transportasi Dunia

Trem listrik tidak lagi difungsikan

Trem uap kemudian digantikan oleh trem listrik yang dioperasikan oleh Batavia Electrische Tram Maatschappij (BETM) sekitar tahun 1900-an.

Supaya trem bisa berfungsi, maka listrik akan dialirkan ke trem melewati kabel-kabel yang sudah dipasang persis di atas rel.

Trem listrik pun mulai menguasai setiap jalan yang ada di berbagai kota besar di Indonesia, karena kecepatannya.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, trem listrik juga acap kali mengalami mogok lantaran pasokan listrik yang suka terhambat.

Sejak saat itu, trem mulai dipandang tidak sesuai dengan kondisi kota yang pada saat itu sudah mengalami perkembangan teknologi.

Apalagi, mulai bermunculkan transportasi-transportasi modern lainnya, seperti bus dan mobil.

 

Referensi:

  • Arsip Nasional RI. (2015). Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia. Arsip Nasional RI.
  • Oktafiana, Sari. (2021). Sejarah untuk SMK Kelas X. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com