Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Trem di Surabaya dan Dampaknya

Kompas.com - 20/07/2022, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Trem adalah sebuah kendaraan transportasi berbasis kereta api yang pernah ada di Indonesia, salah satunya Surabaya, pada era kolonial.

Di Surabaya sendiri, trem mulai muncul pada pertengahan abad ke-19.

Trem di Surabaya beroperasi setelah mendapat izin dari perusahaan pengelolanya, Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OSJ) pada 1886.

Lantas, bagaimana sejarah trem di Surabaya dan dampaknya?

Baca juga: Sejarah Perkembangan Transportasi Dunia

Sejarah singkat

Pada era kolonial, Surabaya memang sudah memiliki jaringan rel kereta dan trem.

Setidaknya ada tiga perusahaan kereta dan trem yang beroperasi di sana pada saat itu, yaitu Staatsspoorwegen (SS), Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS).

Trem di Surabaya sendiri dikelola oleh OJS setelah mendapatkan izin pada 1886, dan mulai beroperasi pada 1889.

Rute awal yang dilewati trem ini terbagi menjadi tiga jalur, yaitu Ujung-Sepanjang, Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo.

Seiring dengan perkembangan kota, OJS mulai menambah jalur trem mereka, terutama yang ada di dalam kota.

Antara tahun 1913-1916, jalur sisi barat pusat kota mulai dibuka.

Kemudian, dibangun juga persimpangan jalur untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang terpisah, seperti Wonokromo dan Boulevard Darmo ke Willemspein (sekarang Jembatan Merah).

Pada saat itu, OJS lebih banyak menggerakkan trem listrik, karena dianggap lebih bebas polusi dan bersih.

Akan tetapi, untuk menggerakkan trem listrik ini, OJS membutuhkan lahan yang luas.

Maka dari itu, OJS memutuskan bekerja sama dengan sebuah real estate supaya mendapat keuntungan sampingan dari naiknya harga tanah di sekitar akibat adanya perbaikan transportasi umum.

Pengoperasian trem di Surabaya sendiri memberikan banyak keuntungan, salah satunya menggerakkan perekonomian kota.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com