Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Trem di Surabaya dan Dampaknya

Di Surabaya sendiri, trem mulai muncul pada pertengahan abad ke-19.

Trem di Surabaya beroperasi setelah mendapat izin dari perusahaan pengelolanya, Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OSJ) pada 1886.

Lantas, bagaimana sejarah trem di Surabaya dan dampaknya?

Sejarah singkat

Pada era kolonial, Surabaya memang sudah memiliki jaringan rel kereta dan trem.

Setidaknya ada tiga perusahaan kereta dan trem yang beroperasi di sana pada saat itu, yaitu Staatsspoorwegen (SS), Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS).

Trem di Surabaya sendiri dikelola oleh OJS setelah mendapatkan izin pada 1886, dan mulai beroperasi pada 1889.

Rute awal yang dilewati trem ini terbagi menjadi tiga jalur, yaitu Ujung-Sepanjang, Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo.

Seiring dengan perkembangan kota, OJS mulai menambah jalur trem mereka, terutama yang ada di dalam kota.

Antara tahun 1913-1916, jalur sisi barat pusat kota mulai dibuka.

Kemudian, dibangun juga persimpangan jalur untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang terpisah, seperti Wonokromo dan Boulevard Darmo ke Willemspein (sekarang Jembatan Merah).

Pada saat itu, OJS lebih banyak menggerakkan trem listrik, karena dianggap lebih bebas polusi dan bersih.

Akan tetapi, untuk menggerakkan trem listrik ini, OJS membutuhkan lahan yang luas.

Maka dari itu, OJS memutuskan bekerja sama dengan sebuah real estate supaya mendapat keuntungan sampingan dari naiknya harga tanah di sekitar akibat adanya perbaikan transportasi umum.

Pengoperasian trem di Surabaya sendiri memberikan banyak keuntungan, salah satunya menggerakkan perekonomian kota.

Para buruh yang tinggal di dalam kota juga sangat bergantung dengan adanya trem ini.

Pada 1927, sekitar 11,4 juta orang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta lainnya menggunakan trem uap.

Sayangnya, kejayaan trem mulai mengalami penurunan setelah kemunculan transportasi lain, seeperti mobil, bus, taksi dan mobil pribadi.

Masa sulit trem terus berlanjut setelah Jepang masuk ke Indonesia pada 1942.

Kala itu, trem sempat berhenti beroperasi selama tiga minggu karena pengeboman Sekutu terhadap instalasi listrik di Malang, Jawa Timur.

Padahal instalasi listrik tersebut merupakan pemasok listrik untuk Surabaya.

Lebih lanjut, setelah Indonesia merdeka tahun 1945, pemerintah mengambilalih seluruh kereta api dan trem.

Perusahaan yang menjalankannya, yaitu Djawatan Kereta Api, mulai membagi penumpang ke dalam dua kelas berbeda, kelas I untuk harga 15 sen dan kelas II seharga 10 sen.

Ironisnya, kondisi ini semakin membuat trem merugi karena banyaknya penumpang yang enggan membayar.

Alhasil, pada 1970-an, trem di Surabaya sudah tidak lagi digunakan.

Dampak

Perkembangan trem membawa dampak tersendiri bagi masyarakat Surabaya.

Salah satu dampak positifnya, buruh bisa mempersingkat waktu perjalanan mereka.

Setiap 10 menit atau kurang, orang-orang di Surabaya sudah bisa menggunakan transportasi trem untuk pergi ke tujuan, sehingga menghemat perjalanan waktu mereka.

Selain itu, keberadaan trem juga secara tidak langsung memindahkan pusat kegiatan ekonomi Surabaya yang awalnya ada di Jembatan Merah, menyebar ke utara Tunjungan.

Kemudian, penggunaan trem listrik juga mampu mengurangi polusi udara dibandingkan transportasi lainnya seperti mobil, bus, dan sejenisnya.

Kendati begitu, dibalik keuntungan yang ada, penggunaan trem juga memberi beberapa dampak negatif.

Semenjak diberlakukan pembagian harga tiket, trem mulai mengalami kerugian, karena banyak dari mereka yang tidak membayar.

Selain itu, bagi kaum pergerakan, trem dengan pembagian kelas ini dianggap sebagai simbol penjajahan.

Kereta api, trem, dan stasiun kereta api dianggap sebagai tempat di mana setiap orang bisa dipandang berbeda tergantung dengan kelas mereka.

Pada 1923, serikat buruh kereta api dan trem di Surabaya sempat melakukan aksi pemogokan sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan.

Referensi:

  • Oktafiana, Sari. (2021). Sejarah untuk SMK Kelas X. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
  • Arsip Nasional RI. (2015). Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia. Arsip Nasional RI.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/20/150000479/sejarah-trem-di-surabaya-dan-dampaknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke