Berikut adalah contoh beberapa artikel dalam surat kabar Poetri Hindia yang terselip perjuangan kaum perempuan melalui sarana pena.
Artikel berjudul "Soemangat Roemah" dari penulis tanpa nama dalam edisi Poetri Hindia No.1 Tahun 1909, ini merupakan tanggapan atas artikel lain yang sudah pernah dimuat sebelumnya.
Penulis yang dimaksud adalah Soeidah, yang membicarakan tentang peran penting istri untuk menjaga kebersihan rumah, kehormatan suami, dan kebiasaan berhemat.
Penulis tanpa nama itu menanggapi bahwa hal penting yang harus dikuasai perempuan adalah dapat menguasai ilmu penjagaan rumah, ilmu memasak, dan ilmu penjagaan anak-anak.
Baca juga: Munculnya Gerakan Feminisme Gelombang Pertama
Artikel berjudul "Perloe Sekali" yang ditulis oleh M. Wirjo Wijhto dari Sumenep ini terbit dalam Poetri Hindia No.9 Tahun 1909.
Penulis mencoba membuka pikiran kaum perempuan agar berani untuk menegur suami masing-masing yang membuat kesalahan.
Tulisan dalam artikel ini pada intinya mengajak perempuan untuk tidak mengikuti adat istiadat yang salah.
Salah satunya bertalian dengan adat istiadat tentang perempuan yang harus menghormati dan menurut kepada laki-laki.
Hal itu menurutnya adat istiadat yang salah, karena posisi perempuan dan laki-laki sebenarnya sama.
Artikel yang ditulis oleh Red SM dan Sitisoendari dalam Poetri Hindia No.2 Tahun 1909 dan Poetri Hindia No.23 Tahun 1909 ini menulis tentang keresahan penulis terkait fenomena anak perempuan selalu dihina dan dipandang sebelah mata.
Baca juga: Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia
Selain itu, anak perempuan juga kerap direndahkan martabatnya. Secara tersirat, kedua penulis juga menyampaikan agar seorang ibu harus memiliki kemuliaan yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya.
Oleh karena itu, para ibu harus menempuh pendidikan agar dapat menjadi “sekolah pertama” bagi anak-anaknya.
Artikel ini berisi tentang kisah konglomerat Jepang yang mampu mendirikan sekolah tinggi untuk perempuan di Tokyo.
Penulis tanpa nama tersebut kemudian menyindir para priayi atau orang-orang kaya di Hindia Belanda karena tidak menggunakan uangnya untuk mendirikan sekolah khusus perempuan.
Baca juga: Awal Mula Pendidikan Perempuan di Indonesia
Artikel berjudul “Kemadjoean Perempoean” oleh S.Sum terbit dalam Poetri Hindia No.4 Tahun 1909.