KOMPAS.com - Feminisme dapat diartikan sebagai paham, kajian, atau gerakan sosial yang bertujuan mengangkat strata perempuan di masyarakat atau lingkungan patriarki.
Patriarki sendiri dimaknai sebagai pandangan yang mengutamakan perspektif atau kepentingan laki-laki.
Lahirnya feminisme dilatarbelakangi oleh kesadaran moral kaum perempuan yang tersubordinasi oleh laki-laki.
Gerakan feminisme diharapkan dapat mengakhiri penindasan atau marjinalisasi terhadap perempuan.
Berdasarkan kronologinya, gerakan feminisme terbagi ke dalam beberapa gelombang.
Berikut ini sejarah munculnya gerakan feminisme gelombang pertama.
Baca juga: Peran Perempuan dalam Usaha Kemerdekaan Indonesia
Gerakan feminisme gelombang pertama dimulai pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di negara-negara Barat.
Pada 1792, tokoh feminis perempuan dari Inggris bernama Mary Wollsstonecraft menulis karya tulis berjudul The Vindication of the Rights of Woman.
Wollstonecraft menyuarakan hak-hak pendidikan bagi perempuan, yang saat itu tidak memperoleh pendidikan seperti halnya laki-laki.
Ia mengharapkan, dengan pendidikan, perempuan dapat mengembangkan intelegensinya dan menjadi sosok yang lebih mandiri dalam finansial.
Tidak berhenti di situ, perjuangan feminisme gelombang pertama dilanjutkan oleh Harriet dan John Stuart Mill, yang menyuarakan kesempatan bekerja bagi perempuan dan hak dalam hubungan pernikahan.
Selain itu, gerakan feminisme gelombang pertama fokus pada perjuangan untuk menuntut hak politik perempuan.
Baca juga: Peran Wanita Taman Siswa dalam Melawan Ordonansi Sekolah Liar
Munculnya gerakan feminisme gelombang pertama ini memicu gerakan yang sama dari perempuan di berbagai negara.
Tidak hanya di Inggris, gerakan feminisme gelombang pertama juga berkembang di Amerika, Persia, Jepang, dan Jerman.
Gerakan feminisme gelombang pertama baru mampu memberikan kesempatan bagi perempuan kelas menengah atas untuk berkarier.