KOMPAS.com - Pendidikan Perempuan di Indonesia dimulai menjelang awal abad ke-20.
Saat itu, telah terjadi perubahan-perubahan masyarakat di Indonesia, yang diawali dengan perubahan pandangan bumiputra.
Bersamaan dengan itu, gagasan tentang kemajuan mulai bertumbuh, salah satunya mengenai pendidikan perempuan.
RA Kartini merupakan tokoh perempuan pertama yang mencetus perkumpulan dan memajukan pendidikan perempuan.
Ia membuka sekolah kecil yang mengajarkan tentang baca-tulis, kerajinan tangan, dan memasak.
Baca juga: Sakola Kautamaan Istri: Latar Belakang dan Kiprah
Kondisi perempuan pada abad ke-20 dapat tergambar melalui surat yang ditulis oleh salah satu pejuang wanita, RA Kartini.
Surat tersebut ia tulis pada 25 Mei 1889 untuk Stella Zeehandelaar, seorang gadis Belanda.
Dalam surat itu Kartini mengatakan bahwa gadis-gadis Indonesia saat itu masih terikat oleh adat istiadat lama dan hanya sedikit memperoleh kebahagiaan dari kemajuan pengajaran.
Kala itu, hanya untuk keluar rumah sehari-hari dan mendapat pelajaran di sekolah sudah dianggap melanggar adat istiadat.
Selain itu, para gadis juga tidak dibolehkan keluar apabila tidak didampingi oleh suami.
Keadaan seperti ini tidak hanya dirasakan oleh Kartini, melainkan juga para gadis di Pasundan.
Oleh karena itu, Kartini memiliki keinginan untuk melakukan pengajaran kepada para gadis agar mereka bisa mandiri.
Usaha pertama yang ia lakukan adalah dengan mendirikan sebuah kelas kecil bagi kepentingan para gadis yang diselenggarakan empat kali seminggu.
Para murid mendapatkan pelajaran tentang membaca-menulis, kerajinan tangan, masak, dan menjahit.
Baca juga: Mohammad Roem: Peran, Kiprah, dan Penangkapan
Bukan hanya Kartini, beberapa tokoh wanita lain juga melakukan gagasan yang sama, seperti Raden Dewi Sartika.