Makna tersebut menunjukkan bahwa Banda Neira pernah menjadi sebuah kota yang terkenal dan maju karena perdagangan rempah-rempahnya.
Baca juga: Mengapa Rempah-rempah Dibutuhkan Bangsa Eropa?
Kelima, yaitu nama Banda Naira, yang dipakai orang-orang hingga sekarang. Nama ini banyak disebut dalam karya sejarawan Des Alwi serta artikel-artikel terbaru tentang Banda.
Ia lebih memilih nama ini daripada Banda Neira dengan tujuan menghilangkan kesan kolonialisme dari nama “Neira”.
Banda Neira merupakan pulau yang dahulu sangat terkenal karena menjadi satu-satunya penghasil pala di dunia.
Pada zaman dulu, segenggam buah pala harganya setara dengan segenggam emas. Hal ini disebabkan karena pala diyakini hanya bisa tumbuh di daerah itu, yang tanahnya subur dan tidak banyak terkena hujan.
Beberapa dari mereka datang ke Banda Neira hanya untuk transaksi jual beli rempah saja, tanpa ada keinginan menjajah.
Berbeda dengan Belanda, yang mempunyai niat untuk menguasai wilayah itu, sehingga warga lokal pun tidak senang dengan keberadaan mereka.
Baca juga: Monopoli Perdagangan Rempah-rempah di Maluku
Ketika Inggris datang ke Banda Neira, mereka membantu penduduk lokal dengan cara membekali persenjataan dan melatih berperang.
Oleh karena itu, terjadilah perang antara Belanda dengan warga lokal yang dibantu Inggris pada 1609.
Pada akhirnya, Belanda dan Inggris sama-sama ingin menguasai perdagangan dunia dengan cara menjajah Banda Neira.
Perang pertama antara keduanya berlangsung pada 1652-1654. Sedangkan perang kedua terjadi pada 1665.
Serangkaian perang antara Inggris dan Belanda baru berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Breda pada 31 Juli 1667.
Baca juga: Apa Hubungan Rempah-rempah dengan Penjajahan di Indonesia?
Salah satu isi traktat itu adalah, Inggris harus pergi dari Pulau Run, Kepulauan Banda, sehingga pulau ini jatuh ke tangan Belanda.
Sebagai gantinya, pulau ini ditukar dengan koloni Belanda, yaitu Nieuw Amsterdam di Amerika Utara, yang diserahkan untuk Inggris.
Kota tersebut berganti nama menjadi Manhattan, yang kini merupakan kota bisnis terbesar di dunia.
Sedangkan Pulau Run yang ditukar dengannya, saat ini berubah menjadi pulau yang berkembang sangat pelan seiring dengan redupnya eksistensi pala di dunia.
Referensi: