Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengingat Banda Neira, Nostalgia Pulau Penghasil Pala

Dahulu, pulau ini terkenal karena menjadi pusat perdagangan pala dunia. Hal ini membuat beberapa negara memperebutkannya dan ingin menjajahnya.

Namun, seiring dengan meredupnya eksistensi pala di dunia, Banda Neira juga perlahan berubah menjadi tempat yang mulai dilupakan banyak orang.

Sejarah penamaan Banda Neira

Apabila ditelusuri sejarahnya, setidaknya ada lima nama yang pernah disematkan pada Pulau Banda Neira.

Yang pertama adalah Wandan, yang disebut dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.

Penyebutan Wandan beserta pulau-pulau Timur Indonesia menegaskan bahwa Banda di masa lalu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Yang kedua adalah Andare, termaktub dalam manuskrip kuno Hikajat Banda, yang bercerita mengenai penciptaan Tanah Andare, yang pada 1945 ditulis ulang oleh Van Ronkel.

Kemudian yang ketiga, Andan, yang disebutkan dalam manuskrip kuno Hikayat Lonthoir.

Andan merupakan nama yang merujuk pada laki-laki penduduk Banda yang mempunyai istri bernama Dalima.

Yang keempat adalah Neira, yang banyak disebut dalam laporan kolonial sejak Portugis sampai Inggris.

Yang menarik, meski nama ini tidak pernah disebutkan dalam manuskrip kuno mana pun, tetapi kata ini muncul menjadi identitas kepulauan itu.

Apabila diusut lebih lanjut, ternyata nama ini beberapa kali muncul dalam syair kabata yang merupakan folklore Banda.

Di dalamnya, ada penyebutan nama “Nira” yang merujuk pada tokoh penyebar agama Islam di Maluku, termasuk Banda. Nama lengkapnya adalah Nirawati Watro. Hal ini menunjukkan sisi keislaman dan kesakralan Banda Neira.

Sementara itu, menurut sejarawan asal Banda bernama Des Alwi, kata “Nira” bisa diartikan sebagai maju. Selaras dengan kata “Nayira”, yang dalam bahasa Arab artinya cahaya yang maju/berpendar.

Bisa jadi, Naira dalam hal ini berarti sebuah kota yang bercahaya dan berperadaban maju.

Kelima, yaitu nama Banda Naira, yang dipakai orang-orang hingga sekarang. Nama ini banyak disebut dalam karya sejarawan Des Alwi serta artikel-artikel terbaru tentang Banda.

Ia lebih memilih nama ini daripada Banda Neira dengan tujuan menghilangkan kesan kolonialisme dari nama “Neira”.

Kisah pulau penghasil pala

Banda Neira merupakan pulau yang dahulu sangat terkenal karena menjadi satu-satunya penghasil pala di dunia.

Pada zaman dulu, segenggam buah pala harganya setara dengan segenggam emas. Hal ini disebabkan karena pala diyakini hanya bisa tumbuh di daerah itu, yang tanahnya subur dan tidak banyak terkena hujan.

Beberapa dari mereka datang ke Banda Neira hanya untuk transaksi jual beli rempah saja, tanpa ada keinginan menjajah.

Berbeda dengan Belanda, yang mempunyai niat untuk menguasai wilayah itu, sehingga warga lokal pun tidak senang dengan keberadaan mereka.

Ketika Inggris datang ke Banda Neira, mereka membantu penduduk lokal dengan cara membekali persenjataan dan melatih berperang.

Oleh karena itu, terjadilah perang antara Belanda dengan warga lokal yang dibantu Inggris pada 1609.

Pada akhirnya, Belanda dan Inggris sama-sama ingin menguasai perdagangan dunia dengan cara menjajah Banda Neira.

Perang pertama antara keduanya berlangsung pada 1652-1654. Sedangkan perang kedua terjadi pada 1665.

Serangkaian perang antara Inggris dan Belanda baru berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Breda pada 31 Juli 1667.

Salah satu isi traktat itu adalah, Inggris harus pergi dari Pulau Run, Kepulauan Banda, sehingga pulau ini jatuh ke tangan Belanda.

Sebagai gantinya, pulau ini ditukar dengan koloni Belanda, yaitu Nieuw Amsterdam di Amerika Utara, yang diserahkan untuk Inggris.

Kota tersebut berganti nama menjadi Manhattan, yang kini merupakan kota bisnis terbesar di dunia.

Sedangkan Pulau Run yang ditukar dengannya, saat ini berubah menjadi pulau yang berkembang sangat pelan seiring dengan redupnya eksistensi pala di dunia.

Referensi:

  • Farid, Muhammad. (2021). Tana Banda. Jakarta: Penerbit Prenada.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/05/100000279/mengingat-banda-neira-nostalgia-pulau-penghasil-pala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke