Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Pawang Hujan Hanya Ada di Indonesia?

Kompas.com - 21/03/2022, 09:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS. com - Sebagian orang percaya bahwa turunnya hujan merupakan penanda datangnya rezeki.

Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, turunnya hujan terkadang justru dihentikan oleh seseorang yang disebut pawang hujan.

Di Indonesia, pawang hujan adalah sebutan bagi seseorang yang dipercaya memiliki ilmu gaib dan dapat mengendalikan cuaca, seperti hujan.

Umumnya, pawang hujan mengendalikan cuaca dengan memindahkan awan.

Biasanya, jasa pawang hujan digunakan untuk acara-acara besar dan penting, seperti pernikahan, konser musik, dan bahkan gelaran olahraga.

Lantas, apakah pawang hujan hanya ada di Indonesia?

Baca juga: Ritual Ujungan, Tarian Pemanggil Hujan

Sejarah pawang hujan di Indonesia

Pawang hujan bukan istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia. Jasa mereka telah digunakan oleh sebagian masyarakat sejak zaman dulu.

Sejarah pawang hujan di Indonesia dapat diusut dari berbagai tradisi di beberapa daerah.

Dalam tradisi daerah Betawi, pawang hujan diyakini berasal dari sepasang dewa-dewi yang turun ke bumi. 

Mereka ditugaskan untuk memperbaiki kondisi alam yang saat itu dirasa timpang.

Dewa-dewi ini dikenal sebagai nenek dan aki Bontot, yang mengajari manusia untuk bisa mengelola bumi, memahami tanda-tanda alam dan hewan, serta memperkenalkan alam gaib.

Bagi masyarakat Betawi, pawang hujan biasanya dibutuhkan dalam acara pernikahan, sunatan, serta perayaan hari besar Islam.

Baca juga: Tradisi Rebo Wekasan: Asal-usul, Tujuan, dan Ritualnya

Meski dipercaya dapat menghentikan hujan, sebenarnya pawang hujan hanya memindahkan awan mendung ke tempat lain agar suatu acara dapat berjalan lancar.

Dalam tradisi Betawi, pawang hujan akan menggunakan doa-doa Islami serta sesajen untuk memindahkan awan tersebut.

Sesajen yang biasa digunakan ialah bekakak ayam, nasi kuning, bisong, ayam, telur bebek, telur ayam, kopi pahit, pisang raja, kembang tujuh rupa, dan kue apem.

Menurut kepercayaan masyarakat Betawi, siapa saja bisa menjadi pawang hujan, asalkan berikhtiar dan paham atas ilmunya.

Ada julukan khusus bagi pawang hujan, yakni dukun pangkeng, perempuan paruh baya yang diminta memindahkan awan ketika acara pernikahan berlangsung.

Dukun pangkeng biasanya menjalankan ritual dengan duduk di atas gerabah dalam sebuah kamar khusus. Sebelum acara selesai, mereka tidak akan keluar kamar.

Baca juga: Tradisi Tabot di Bengkulu

Ritual dan sejarah pawang hujan di Indonesia dapat berbeda di setiap daerah. Untuk masyarakat Jawa, mereka lebih melihat ke primbon.

Menurut primbon, untuk menghentikan hujan, seseorang perlu melemparkan celana dalam perempuan ke atas genteng.

Selain itu, ada juga praktik menusuk cabai dan bawang yang kemudian dilemparkan ke atas.

Meskipun tradisi ini terlihat mudah, tidak semua orang bisa langsung mempraktikannya.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi lebih dulu, seperti tirakat, puasa, membersihkan jiwa, serta melengkapi sesajen.

Dalam primbon juga dituliskan mantra untuk memindahkan hujan, yang dipercaya sebagai bentuk kesepakatan antara nenek moyang Jawa dengan makhluk gaib.

Menyewa jasa pawang hujan cukup umum dilakukan masyarakat Indonesia. Tidak hanya untuk acara pernikahan, konser musik, atau keperluan partai politik, tetapi juga pertandingan olahraga.

Misalnya sosok Abah Ipin yang terkenal sebagai pawang hujan Persib Bandung, dan terbaru, Rara Isti Wulandari, pawang hujan dalam gelaran MotoGP 2022 yang dilaksanakan di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, Minggu (20/3/2022).

Baca juga: Tarian Suling Dewa, Tari Pemanggil Hujan asal Lombok

Pawang hujan di negara lain

Pawang hujan tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara di dunia.

Thailand

Masyarakat Asia Tenggara, yaitu Thailand juga memercayai adanya ritual penghentian hujan.

Ilustrasi pawang hujan.National Geographic Ilustrasi pawang hujan.

Biasanya, mereka akan menggunakan serai dan seorang gadis perawan sebagai penghalau hujan.

Masyarakat setempat akan menancapkan sebatang serai ke tanah dan meminta gadis perawan berdoa supaya hujan dapat segera berhenti.

Beberapa sejarawan sudah mengakui keampuhan ritual ini setelah menyaksikannya secara langsung.

Ritual ini dipercaya dapat menangkal awan badai, sehingga cuaca dapat menjadi jauh lebih cerah.

Bahkan, masyarakat Thailand yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan paham teknologi juga ikut melakukan ritual ini.

Baca juga: Proses Terjadinya Hujan

Jepang

Jepang juga merupakan salah satu negara di Asia yang memercayai ritual pawang hujan.

Di Jepang, ritual pawang hujan disebut dengan Teru Teru Bozu, yang dilakukan dengan menggantung boneka putih yang di jendela menggunakan benang.

Dalam bahasa Jepang, Teru berarti bersinar atau cerah, dan Bozu diartikan sebagai biksu.

Boneka ini dipercaya oleh masyarakat Jepang dapat mencegah turunnya hujan. Kabarnya, ritual pawang hujan dilakukan pertama kali di Jepang pada Zaman Edo, atau sekitar abad ke-17.

Sampai saat ini, Jepang, yang dikenal sebagai negara maju, tetap melestarikan ritual pawang hujan.

Biasanya, Teru Teru Bozu dilakukan saat ada acara keluarga atau piknik sekolah di luar ruangan.

Baca juga: Kalang Obong, Tradisi Membakar Barang Orang Meninggal dari Kendal

Eropa, Amerika, dan Afrika

Selain di Asia, masyarakat Amerika dan Eropa tercatat pernah menggunakan jasa pawang hujan pada beberapa acara bergengsi.

Pada 2018, rumah mode asal Perancis, Louis Vuitton, pernah menyewa pawang hujan asal Brasil untuk membantu kelancaran peragaan busana di Rio de Janeiro dan Kyoto, yang dilakukan di luar ruangan.

Hal serupa juga dilakukan Festival Teater Ibero-Amerika, yang menghadirkan ratusan perusahaan teater, grup tari, dan musisi dari beberapa negara ke Kolombia.

Program Festival Teater Ibero-Amerika yang berjalan di luar ruangan selama beberapa minggu mengharuskan mereka menyewa pawang hujan.

Sosok yang kerap membantu Festival Teater Ibero-Amerika adalah Jorge Elias Gonzales, seorang petani kopi dan pawang hujan dari pemerintah Kolombia.

Dalam ritualnya, Jorge Elias Gonzales menggabungkan unsur-unsur Kristen dengan tradisi Kolombia yang telah berakar sejak zaman dulu.

Ritual yang berhubungan dengan pawang hujan juga ditemukan di benua Afrika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com