Organisasi ini memiliki dua tujuan utama, yaitu:
Baca juga: Indische Partij: Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan
Adapun tokoh-tokoh dalam HMI, yaitu:
Seiring berjalannya waktu, kegiatan yang dilakukan HMI semakin mendapat dukungan dari pawa mahasiswa Muslim Indonesia.
Ketika nama HMI semakin terkenal, organisasi ini memiliki permasalahan yang harus dihadapi.
Setelah Kongres HMI ke-15 pada 1983, pada 1986, HMI memutuskan menerima asas tunggal Pancasila yang diterapkan rezim Orde Baru.
Baca juga: Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru
Dengan demikian, asas HMI sudah bukan lagi Islam, melainkan Pancasila. Perubahan asas dalam HMI ini tidak jauh dari alasan politik dan adanya tawaran-tawaran menarik lainnya.
Sebagian besar anggota HMI yang tidak setuju dengan perubahan asas ini pun masih terus bertahan dan mencoba membuat HMI berasaskan Islam lagi.
Sejak saat itu, HMI terbagi menjadi dua. Pertama, HMI DIPO (terletak di Jalan Diponegoro Jakarta) dan HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi).
Setelah Orde Baru berakhir, tahun 1999, HMI kembali menerapkan asas Islam di dalam organisasinya.
Namun, hal ini tidak lantas membuat HMI DIPO dan HMI MPO bersatu, karena adanya perbedaan karakter dan tradisi organisasi.
HMI DIPO lebih cenderung pragmatis, sementara HMI MPO bersikap kritis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.