Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KAMI, Organisasi untuk Mengganyang PKI

Kompas.com - 20/01/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.id

KOMPAS.com - Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau disingkat KAMI, adalah sebuah kelompok yang dibuat oleh golongan muda untuk mengganyang Partai Komunis Indonesia (PKI).

KAMI dibentuk pada 25 Oktober 1965 dengan anggota kelompok terdiri dari beberapa golongan yang berbeda.

Meski secara formal hanya berusia empat bulan, tetapi KAMI berhasil menyerukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) dan menggugah gerakan kelompok lainnya di masyarakat.

Baca juga: PKI: Asal-usul, Pemilu, Pemberontakan, Tokoh, dan Pembubaran

Latar belakang

Usai perisitwa G30S, di mana PKI dituduh menjadi dalang dibalik penculikan serta pembantaian para petinggi Angkatan Darat, kondisi ibu kota menjadi sangat mencekam.

Sejak hari itu, kampanye anti-komunis terus terdengar dan menyebar luas.

Hampir seluruh masyarakat Indonesia, termasuk kaum muda terus menggelorakan anti-PKI.

Jauh sebelum tragedi pembantaian enam jenderal terjadi, para mahasiswa sudah membentuk sebuah organisasi bernama Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) pada 1947.

Tujuan PPMI adalah untuk mempererat hubungan persaudaraan antara para pelajar Indonesia.

Setelah G30S, PPMI pun merespons tragedi itu dengan menggelar rapat presidium antara 10-23 Oktober 1965.

Rapat tersebut dihadiri oleh para golongan muda, termasuk mahasiswa yang khususnya berada di Jakarta.

Namun, rapat berlangsung lama dan sangat alot karena banyak unsur sayap kiri di PPMI, yang tentu saja tidak mengendaki adanya tindakan terhadap PKI.

Baca juga: G30S, G30S/PKI, Gestapu, Gestok, Apa Bedanya?

Sementara itu, organisasi lain seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ingin PKI mendapatkan tindakan tegas dan keras.

Pada akhirnya, golongan muda yang anti-PKI melapor kepada Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Sjarif Thajeb mengenai masalah tersebut.

Sjarif kemudian menyarankan agar dilakukan pertemuan antarhimpunan pada 25 Oktober 1965.

Hasil dari pertemuan tersebut adalah disepakatinya pembentukan wadah baru dengan tujuan untuk merespons keras peristiwa G30.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com