Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Para Jenderal Dibunuh PKI?

Kompas.com - 29/09/2020, 23:15 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

KOMPAS.com - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) adalah tragedi nasional yang paling kontroversial.

Dalam peristiwa itu, enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD menjadi korban. Bahkan Ade Irma Suryani, putri Jenderal TNI AH Nasution juga menjadi korban.

Selama bertahun-tahun, sekolah mengajarkan peristiwa itu adalah kudeta atau pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Buku Wajah dan Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional Seri IV yang diterbitkan oleh Departemen Sosial RI Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan 1994-1995 mengemukakan asalan PKI menculik dan membunuh para jenderal.

Dimulai dengan menculik dan kemudian membunuh pejabat-pejabat teras Angkatan Darat untuk melumpuhkan angkatan ini.

Selanjutnya diterangkan alasan penculikan tersebut, yaitu dalam penilaian PKI, Angkatan Darat harus dilumpuhkan terlebih dahulu. Sebab Angkatan Darat dianggap sebagai lawan utama mereka.

Begitulah narasi pemerintah Orde Baru melalui berbagai buku dan film.

Namun fakta sejarah mengungkap bukan itu yang sebenarnya terjadi. Untuk mengetahui kenapa para jenderal diculik dan dibunuh, maka kita harus menyimak kesaksian pelakunya terlebih dahulu.

Baca juga: Peristiwa G30S: Siapakah Sosok Letnan Untung?

Siapa pelaku G30S?

PKI dianggap sebagai dalang dari penculikan dan pembunuhan para jenderal.

Setelah peristiwa G30S, ribuan orang ditangkap bahkan dibunuh tanpa diadili karena dituduh PKI. Mereka yang pernah diadili, mengungkapkan peristiwa G30S tidak bisa dilihat sebagai dosa tunggal PKI.

Salah satunya, Kolonel Abdul Latief yang kala itu menjabat Komandan Garnisun Kodam Jaya. Ia divonis mati dan akhirnya menghabiskan 32 tahun di penjara karena keterlibatannya dalam G30S.

Dalam kesaksiannya, Latief mengatakan penculikan para jenderal adalah inisiatifnya bersama rekan-rekannya sesama perwira militer, yakni Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa) dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).

Rapat persiapan dilakukan sampai sepuluh kali. Lokasinya berganti-ganti, yaitu di rumah Sjam, Kolonel Latief, atau kediaman Kapten Wahyudi.

Dalam rencana itu, ada Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI. Daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.

Sasaran operasi terbatas PKI baru ditentukan pada 26 September 1965. Tim pelaksana menentukan ada 10 tokoh antikomunis yang harus "diamankan".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

El Nino: Pengertian dan Penyebabnya

Skola
Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Majas Simile: Pengertian dan Contohnya

Skola
3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

3 Wujud Kebudayaan beserta Contohnya

Skola
4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

4 Struktur Pelindung Mata, Apa Saja Itu?

Skola
Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Macam-macam Gangguan Telinga dan Penyebabnya

Skola
Sifat-sifat Kebudayaan beserta Contohnya

Sifat-sifat Kebudayaan beserta Contohnya

Skola
5 Cara Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

5 Cara Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Skola
Mengenal 4 Jenis Seni Grafis

Mengenal 4 Jenis Seni Grafis

Skola
Mengenal 5 Tema dalam Seni Lukis

Mengenal 5 Tema dalam Seni Lukis

Skola
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Pencegahan Kleptomania

Faktor Risiko, Diagnosis, dan Pencegahan Kleptomania

Skola
Pengertian, Gejala, Penyebab dari Kleptomania

Pengertian, Gejala, Penyebab dari Kleptomania

Skola
Pengertian dan Gejala Cairan Paru-paru atau Efusi Pleura

Pengertian dan Gejala Cairan Paru-paru atau Efusi Pleura

Skola
Model Komunikasi Newcomb: Asumsi dan Contohnya

Model Komunikasi Newcomb: Asumsi dan Contohnya

Skola
Apa yang Dimaksud dengan Anak Mandiri?

Apa yang Dimaksud dengan Anak Mandiri?

Skola
Bagaimana Cara Menghargai Pekerjaan Seseorang?

Bagaimana Cara Menghargai Pekerjaan Seseorang?

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com